Setelah tiba di basecamp Garung Wonosobo sekitar puku 13.30 wib, para ardhies istirahat untuk mempersiapkan diri dalam pendakian. Pada jam 4 sore Ardhiwana mulai melakukan perjalanan pendakian. Memang jalur Garung medannya lebih sulit. Itu dibuktikan pada awal perjalanan, setelah melewati rumah penduduk para ardhies harus melaluinya dengan tertatih-tatih karena tanjakan yang langsung ngetrek alis betul-betul nanjak.
Walaupun belum pernah mendaki gunung tersebut, Anwar prenges, Ibnu wakpo, Ari ucrit, berangkat sebagai leader di depan. MasDur selaku pembina di tengah dan di belakang ada MasDin dan Gianto jambul sebagai penyapu ranjau. Ketika terdengar adzan berkumandang para ardhies istirahat, kemudian bertayamum untuk melakukan shalat maghrib. Di situ mereka bersama rombongan dari pekalongan. Setelah semua selesai perjalanan kembali dilanjutkan dan kembal istirahat sekitar jam 8 malam. "Silahkan buat perapian dan isi perut kalian dengan mempraktekan kompor praktis kalian, jangan sampai ada yang kelaparan" begitu masDur memberikan intruksi. Tidak mau berlama lama dalam kedinginan karena suhu sudah mencapai 15 derajat celcius, para ardhies melanjutkan perjalanan. Namun di sini Ardhiwana mulai terpecah menjadi 2 kelompok. Dari 24 ardhies, empat lainnya tertinggal di belakang sebagai pecahan dua kelompok tersebut dan bertahan di pos 2 karena dua ardhies tidak kuat melanjutkan perjalanan. Sedangkan kelompok besar masih melanjutkan untuk menuju puncak. Setelah sekian jauh perjalanan, pada pos terakhir sebelum Pos Watu Kotak, Ayu dingkel tidak kuat dan pingsan. Sebagai pembina, masDur langsung mengintruksikan kepada para ardhies untuk mendirikan tenda. Namun dari 3 tenda -1 tenda doom dan 2 berjenis tenda biasa- yang di bawa, hanya 1 tenda yang bisa berdiri, yaitu tenda doom. Karena angin yang begitu kencang, 2 tenda lainnya tidak bisa didirikan. Akhirnya, "buat bifak, yang penting tubuh kalian tidak langsung terkena angin, cari selokan atau jalan air supaya lebih terlindung". Tanpa banyak cas cis cus mereka langsung melaksanakannya inturksi tersebut.
Alhamdulillah...sinar matahari masih bisa menghangatkan tubuh mereka. Setelah semua sarapan dan mengemasi perlengkapan, sekitar jam 8 dimulailah perjalanan untuk turun. "Tidak kita lanjutkan ke puncak, Mas?" tanya salah satu ardhies kepada masDur. Dengan alasan Karena persediaan logistik tidak mencukupi untuk melanjutkan perjalanan ke puncak maka lebih turun saja, jawabnya. Akhirnya alasan yang masuk akal tersebut bisa diterima dan mereka pun turun menuju basecamp. Sekitar jam 11 siang rombongan ardhies sampai di basecamp Garung, dan ternyata 1 kelompok kecil yang bertahan di pos 2 sudah turun dan sudh sampai lebih dulu di basecamp dalam keadaan selamat. Selanjutnya istirahat dan nge-camp sampai hari Senin sore menunggu jemputan mobil tiba. Seperti biasa, setelah turun gunung siang hari, malah harinya diadakan kegiatan ramah tamah. Masing-masing individu menyampaikan kesan dan pesannya setelah mengikuti pendakian. Ada yang sengsara, nelangsa, dan kaget ternyata pendakian itu tidak mudah dan nampak enak seperti yang ada di poto-poto kegiatan. Namun, kebanyakan dari mereka tidak merasa kapok dan mulai menyadari dan memetik pelajaran filosofinya. Bahwa bila seseorang yang sukses mencapai puncak tidak serta berjalan dengan mudah, akan tetapi layaknya orang mendaki puncak gunung, banyak jalan yang beraneka ragam bentuknya. Ada yang naik, turun, meliuk, harus melewati jurang, dan lain sebagainya. Intinya begitulah semestinya, bila seseorang ingin mencapai sukses harus bisa dan berani melewati rintangan tersebut. Keesokan harinya, Senin sore jam 14.00 wib, mobil penjemput pun datang. Dengan bersuka ria juga rasa kangen akan tempat tersebut rombongan meninggalkan basecamp menuju kampus SMAN 1 Cepiring, syonaraa......tiba di kampus jam setengah lima sore.
"Mendaki bukan mencari mati, tetapi mencari jatidiri"
"Kesuksesan tidak diraih dengan sejengkal langkah yang lurus, melainkan bisa dan berani melalui rintangan dan hambatan yang berliku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar