Kamis, 26 Februari 2009
'Geger' Paus atau Hiu? Pantai Jomblom Ramai Pengunjung
Kendal-Warga desa Margorejo Kec. Cepiring, Jumat (20/2/09) pagi digemparkan oleh dua ekor ikan besar yang terdampar di pantai wisata Jomblom (2 km ke arah barat dari area wisata). Ada yang menyebut ikan paus, sebagian menyebut ikan hiu bahkan ada yang mengatakan termasuk ikan cucut. Sampai Minggu (22/2/09) pantai tersebut masih ramai dikunjungi oleh warga sekitar dan bahkan dari luar daerah untuk sekedar melihat keunikan yang langka dan -mungkin- baru kali terjadi di sini. Oleh para nelayan sebenarnya ikan tersebut sudah ditarik ke tengah laut dengan menggunakan dua buah perahu supaya terselamatkan. Tapi karena dalam kondisi yang sudah lemah kedua ikan tersebut terseret oleh ombak sehingga kembali ke tepi pantai. Naasnya keduanya tidak tertolong, dan mati. Bangkai kedua ikan tersebut mengundang warga untuk segera membuangnya karena sudah menimbulkan bau yang tidak sedap -anyir dan amis. Semula ikan yang lebih besar -berwarna polos abu-abu- dikubur di pinggiran pantai. Namun, karena terkena abrasi ombak sebagian badan ikan kembali terlihat. Entah siapa yang memulai warga berinisiatif memoton-motong tubuh ikan tersebut supaya mudah bila dikubur dan dagingnya bisa dijual -tapi tidak laku akhirnya di buang kembali. Dan, akhirnya kedua ikan tersebut bisa dikubur di pinggiran pantai tersebut.
Senin, 16 Februari 2009
Survival CURUG SEWU, susah tapi senang
Lagi, Ardhiwana mlekasanakan kegiatan survival. Namun, kali ini selain sebagai ritual penerimaan anggota baru -susulan- dan pengkaosan juga merupakan pemanasan dan uji fisik bagi senior dua dan senior tiga.
Kegiatan ini dimulai Sabtu, 14 Januari 2009. Dibuka dengan apel secara sederhana oleh MasDur selaku pembinanya. "Kunci sukses untuk bisa bertahan di Ardhiwana adalah bisa menikmati setiap kegiatan dan tidak banyak keluhan yang berlebihan, serta yang paling penting adalah bisa beradaptasi dengan lingkungan", katanya dalam pembinaan.
Pada pemateri, selain diisi oleh para alumni Ardhiwana juga mendatangkan pemateri dari luar untuk mengisi materi Ilmu tentang Gua (Speleologi) dan Penelusuran Gua (Caving). Beliau juga alumni SMA 1 Cepiring lulusan tahun 2001, yang sekarang menjabat sebagai Kepala Sekolah Pondok Modern Selamat Kendal, Ahmad Syaifuddin atau lebih akrab dipanggil Asep.
Penyampaian materi-materi tersebut berlangsung dari pukul 19.30 sampai dengan pukul 22.30. Kemudian dilanjutkan dengan materi Ilmu Medan yang diisi oleh Masdur, pembina Ardhiwana sendiri. Dalam Ilmu Medan ini peserta -yang hanya diikuti oleh 3 anak dan semuanya cewek- langsung dituntut untuk praktik dengan cara mengelilingi desa Cepiring dalam keadaan malam hari dengan membaca peta yang sudah diberikan. Dan pelaksanaannya pun mereka harus bejalan sendiri -tidak beregu- mencari tempat yang dituju sesuai dengan intruksi di peta, karena materinya adalah survival invidu. Alhamdulillah semua selamat dan kegiatan malam bisa selesai pukul 02.00 pagi. Trus zZZzzz..zzzZz..Zz
Pagi harinya, pukul 07.00, adalah ritual kedua, Survival Kelompok. Tempat yang dituju adalah Curug Sewu, Patean. Dari Basecamp -SMA 1 Cepiring- Para ardhies (sebutan untuk anggota Ardhiwana) dengan menaiki truk berangkat menuju Sojomerto sebagai titik awal. Setelah turun dari mobil _tepatnya di area perhutani- para ardhies memulai perjalanan. Rute yang yang dilalui Dusun Klantung Ds Sojomerto - Muncar - Wonokerto - Kalices - Curug Sewu. Selama perjalanan ardhies terbagi 4 regu. Regu pertama sampai di tempat tujuan pada pukul 12.30, sedangkan regu terakhir pukul 13.30. "Nah, sekarang adalah ritual terakhir yang harus kalian lakukan yaitu pengkaosan sebagai perwujudan pengambilan tanda anggota" kata MasDur. Tanpa ba bi bu pengurus dan senior lainnya (termasuk kls X yang sudah jadi anggota resmi) mendadar 3 peserta yang semuanya cewek, Umi Hanik, Nur Faizah, dan Rizki Asih. Mereka disuruh masuk ke kubangan yang berisi air -setinggi paha- dan lumpur -setinggi lutut. Dengan maksud untuk menghayati makna air dan lumpur (tanah) dari segi filosofinya. Oleh seniornya -dan menurut versinya- dijelaskan maksud masuk ke air yang berisi lumpur (tanah) dan air adalah sepenuhnya rela dan ikhlas berjuang serta mencintai tanah air kita, Indonesia. Dan...selesai pukul 14.00 dilanjutkan bersih diri untuk yang didadar sementara yang lain istirahat, kemudian pukul 15.30, sayonaraa.......
Kegiatan ini dimulai Sabtu, 14 Januari 2009. Dibuka dengan apel secara sederhana oleh MasDur selaku pembinanya. "Kunci sukses untuk bisa bertahan di Ardhiwana adalah bisa menikmati setiap kegiatan dan tidak banyak keluhan yang berlebihan, serta yang paling penting adalah bisa beradaptasi dengan lingkungan", katanya dalam pembinaan.
Pada pemateri, selain diisi oleh para alumni Ardhiwana juga mendatangkan pemateri dari luar untuk mengisi materi Ilmu tentang Gua (Speleologi) dan Penelusuran Gua (Caving). Beliau juga alumni SMA 1 Cepiring lulusan tahun 2001, yang sekarang menjabat sebagai Kepala Sekolah Pondok Modern Selamat Kendal, Ahmad Syaifuddin atau lebih akrab dipanggil Asep.
Penyampaian materi-materi tersebut berlangsung dari pukul 19.30 sampai dengan pukul 22.30. Kemudian dilanjutkan dengan materi Ilmu Medan yang diisi oleh Masdur, pembina Ardhiwana sendiri. Dalam Ilmu Medan ini peserta -yang hanya diikuti oleh 3 anak dan semuanya cewek- langsung dituntut untuk praktik dengan cara mengelilingi desa Cepiring dalam keadaan malam hari dengan membaca peta yang sudah diberikan. Dan pelaksanaannya pun mereka harus bejalan sendiri -tidak beregu- mencari tempat yang dituju sesuai dengan intruksi di peta, karena materinya adalah survival invidu. Alhamdulillah semua selamat dan kegiatan malam bisa selesai pukul 02.00 pagi. Trus zZZzzz..zzzZz..Zz
Pagi harinya, pukul 07.00, adalah ritual kedua, Survival Kelompok. Tempat yang dituju adalah Curug Sewu, Patean. Dari Basecamp -SMA 1 Cepiring- Para ardhies (sebutan untuk anggota Ardhiwana) dengan menaiki truk berangkat menuju Sojomerto sebagai titik awal. Setelah turun dari mobil _tepatnya di area perhutani- para ardhies memulai perjalanan. Rute yang yang dilalui Dusun Klantung Ds Sojomerto - Muncar - Wonokerto - Kalices - Curug Sewu. Selama perjalanan ardhies terbagi 4 regu. Regu pertama sampai di tempat tujuan pada pukul 12.30, sedangkan regu terakhir pukul 13.30. "Nah, sekarang adalah ritual terakhir yang harus kalian lakukan yaitu pengkaosan sebagai perwujudan pengambilan tanda anggota" kata MasDur. Tanpa ba bi bu pengurus dan senior lainnya (termasuk kls X yang sudah jadi anggota resmi) mendadar 3 peserta yang semuanya cewek, Umi Hanik, Nur Faizah, dan Rizki Asih. Mereka disuruh masuk ke kubangan yang berisi air -setinggi paha- dan lumpur -setinggi lutut. Dengan maksud untuk menghayati makna air dan lumpur (tanah) dari segi filosofinya. Oleh seniornya -dan menurut versinya- dijelaskan maksud masuk ke air yang berisi lumpur (tanah) dan air adalah sepenuhnya rela dan ikhlas berjuang serta mencintai tanah air kita, Indonesia. Dan...selesai pukul 14.00 dilanjutkan bersih diri untuk yang didadar sementara yang lain istirahat, kemudian pukul 15.30, sayonaraa.......
Langganan:
Postingan (Atom)