Rabu, 02 Desember 2009
HIV / AIDS
baca juga :
virus HIV
AIDS
Selasa, 01 Desember 2009
KABUPATEN KENDAL DI KALIWUNGU
Bandar (pelabuhan) Jepara mengalami perkembangan yang pesat bila dibanding dengan Bandar Bintara, Deamk. Selain itu, Bandar Asam Arang, yang strategis menjadikan Kadipaten Kendal di Kaliwungu semakin berkembang.
Faktor strategis lainnya adalah;
Pertama, merupakan jalan lurus menuju Mataram yang berdampingan dengan kadipaten Semarang. Kedua, memiliki pantai landai yang memungkinkan pengembangan pelabuhan armada. Ketiga, semenmanjung dengan Jepara sehingga mudah mengamati perkembangannya. Keempat, dekat dengan pesisir sebelah barat: Batang, Pekalongan, Tegal hingga Cirebon. Kelima, kondisi masyarakat pondok pesantren yang tenang sangat memungkinkan adanya koordinasi dengan para ulama, dan tidak tertutup kemungkinan Adipati merangkap jabatan lain.
Ancaman yang menjadi pertimbangan Sultan Mataram adalah VOC yang terus mengembangkan sayapnya memonopoli dagang. Banten dan Batavia telah berhasil dikuasai. Oleh karenanya pembangunan armada laut yang kuat sangat dibutuhkan, dan dalam hal ini Sultan Agung mempercayakan pada Adipati Kendal, Tumenggung Bahurekso. Pembangunan armada laut pun dimulai, dengan beberapa tempat yang dijadikan pusat pelatihan armada (prajurit).
Magangan, sebuah desa yang masuk masuk Kecamatan Pegandon (sekarang Kecamatan Ampel), dijadikan penampungan dan pendaftaran calon prajurit. Magangan berasal dari kata atau Magang atau pencalonan. Sedangkan tempat latihannya dipusatkan di desa Plantaran, sekarang masuk Kecamatan Kaliwungu. Plantaran berasal dari kata tataran atau yang berarti dadaran, pendadaranpusat latihan calon prajurit. Para pimpinan prajurit (armada) ditempaatkan di daerah dekat pelabuhan, namanya Sabetan yang artinya jago atau jawara. Pelabuhan armadanya di daerah Ngeboom yang artinya pelabuhan atau pangkalan laut. Keduanya sekarang menjadi desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu. Sedangkan transportasi yang menghubungkan pusat pemerintahan dengan markas besar armada angkatan laut melalui Kali Aji atau Kali Bendo.
Awalnya, Bahurekso hanya diberi kekuasaan darat seluas wilayah Kadipaten Kendal. Namun perkembangannya diangkat sebagai Panglima Angkatan Laut dan Gubernur Pesisir Jawa Utara. Memperhatikan tugas-tugas kedua dan ketiga itu, memberi gambaran bahwa Mataram menempatkan posisi Adipati/Bupati Kendal sangat strategis yang berskala nasional pada jamannya.
Setiap diplomat yang akan menghadap raja, terlebih dahulu berkewajiban untuk melapor dan meminta ijin pada Bahurekso. Pada bulan Juni 1615, ketika Andries Soury berkeinginan menghadap raja, maka ia harus terlebih dahulu menemui Adipati Kendal yang jug aGubernur Jawa Utara. Satu bukti lagi yang erat hubungannya dengan kepercayaan Sultan Agungyang diebrikan kepada Tumenggung Bahurekso, ketika utusan dagang kedua VOC, yaitu van Endhovenn(Juni 1618) ingin menghadap Sultan Mataram dengan tujuan ingin memperkuat dan memperluas lojinya. Jawaban Sultan diberikan kepada utusan VOC itu melalui Tumenggung Bahurekso.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan VOC, kebijaksanaan awal berada di tangan Bahurekso. Perilaku kasar yang ditunjukkan ole Van Endhoven dan Cornelis Maseuck terhadap para pedagang Jepara, pada akhirnya menjadi perhaatian Sultan. Mereka memaksa agar para pedagang Jepara menjual dagangannya pada VOC, dan bila tidak dituruti, para pedagang VOC melakukan penjarahan dan penganiayaan. Perilauk ini harus dipertanggungjawabkan. Karena tidak ada tanggapan dari pihak VOC, maka 18 Agustus 1618, Kantor Dagang VOC yang ada di Jepara diserbu habis. Ada yang meninggal dan ada yang ditawan oleh pasukan Bahurekso.
Inilah awal situasi dan kondisi yang memanas. JP. Coen, Gubernur Jenderal Dagang VOC di Jakarta merasa tersinggung. Dengan pura-pura berbuat baik pada pedagang Jepara dan pemerintah Mataram, JP. Coen menemui penguas dagang Mataram di Jepara yang berpangkat Hulubalang itu, JP. Coen ingin membeli beras dan keperluan lainnya dari masyarakat. Setelah itu seratus enam puluh prajurit VOC menyerang rumah-rumah rakyat, dan menewaskan tiga puluh orang. Jung-jung yang ada di pelabuhan Jepara semua dibakar habis.
Peringatan dari VOC itu mendorong Bahurekso memperkuat pertahanan Jepara. Prediksi akan adanya serangan ulang dari pihak VOC, ternyata benar. Sebanyak 400 prajurit Belanda (1619) menyerang Jepara. Namun dapat dipukul mundur oleh pasukan Bahurekso, dan mereka harus kembali ke laut. Persaingan dagang di pantai utara antara Mataram dengan Belanda sudah mulai memanas dan saling menjepit.
Kerajaan Sukadana, Kalimantan Selatan berhasil lebih dahulu dikuasai oleh Mataram.. Belanda berusaha melakukan ekspansi dagang lewat laut dengan daerah yang dituju Gresik dan Madura. Malang bagi Kompeni, karena tahun 1624 Kamar Dagang VOC yang ada di Gresik hancur oleh pasukan Mataram. Persaingan semakin panas, dan Sultan Agung sendiri merasa bahwa cepat atau lambat Kompeni akan menguasai Pulau Jawa.
diambil dari buku Babad Tanah Kendal karya Ahmad Hamam Rochani;
Senin, 30 November 2009
Kyai Ngabehi Bahurekso: menurut sastra lisan
Nama Ki Ageng Ngerang yang menjadi julukannya bisa dipahami bila Ki Ageng Cempaluk masih ada hubungannya dengan Ki Ageng Bondan Kejawan atau Lembu Peteng, putera Prabu Brawijaya dari Majapahit, dari keturunan ibu.
Sebagaimana disebut dalam cerita tutur ataupun sejarh rakyat, seorang tokoh biasanya dipanggil dengan memakai panggilan nama leluhurnya bila yang bersangkutan memiliki sifat-sifat yang sama, yang disebut "nama nunggak semi". Nama Ki Ageng Ngerang tokoh tua seangkatan Ki Getas Pendowo, ayah Ki Ageng Selo yang menurunkan Ki Ageng Ngenis atau Henis dan berputera Ki Ageng Pemanahan, ayahanda Sultan Mataram pertama, Senopati Sutowijoyo.
Seperti disebut dalam buku Babad Tanah Jawi, diterangkan sebagai berikut:
"Prabu Brawijaya mempunyai istri (selir) bernma puteri wandan, berputera laki-laki bernama Raden Bondan Kejawan alias Bondan Surati alias Lembu Peteng yang kawin dengan Puteri Nawangsih puteri Ki Ageng Tarub, berputera dua orang, Ki Getas Pendowo yang berputera Ki Ageng Selo. Anak Ki Bondan Kejawan yang satunya, seorang puteri yang dikawinkan dengan Ki Ageng Ngerang. Jadi hubungan antara Ki Ageng Getas Pendowo dengan Ki Ageng Ngerang adalah saudara ipar.
Selanjutnya dengan disebutnya nama Ki Ageng Ngerang, mengingatkan pada tiga tokoh besar bersaudara seperguruan, yaitu Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Tingkir dan ki Ageng Ngerang. Oleh cerita tutur, tokoh Ki Ageng Ngerang ini tidak tertutup kemungkinan merupakan leluhur Ki Ageng Cempaluk, ayah Joko bahu, yang kemudian hari bernama Tumengung Bahurekso.
Sedangkan dalam buku Babad Tanah Jawi diterangkan bahwa: Ki Ageng Selo mempunyai anak enam putri dan satu orang putra, namanya Ki Ageng Ngenis, berputera Ki Ageng Pemanahan, berputera Raden Pangeran Bagus, yang tidak lain Sutowijoyo, Panembahan Senopati.
Bila Catatan Hermannus Johannes de Graaf yang mereferensi dari buku Babad Tanah Jawi itu benar, maka Jaka Bahu atau Tumenggung Bahurekso adalah masih ad hubungan keluarga menyamping trah Mataram. Dengan kata lain Bahurekso memang bangsawan Mataram, hanya saja ia berasal dari pihak ibu.
Sedangkan menurut Amien Budiman, Jaka Bahu sebutan lainnya adalah Ki Bahu, adalah sahabat dekat atau orang yang dipercaya oleh Pangeran Benowo. Jaka Bahu lah yang mendampingi Pangeran Benowo mulai dari Pajang, kemudian pindah kek Jipang dan selanjutnya mengembara hingga ke Kendal dan Parakan. Oleh Sunan atau Pangeran Benowo, Ki Bahi diserahkan pada Panembahan Senopati di Mataram sebagai ganti atau wakil dan atas nama Pangeran Benowo. Bila Panembahan Senopati ada keperluan dengannya, maka Ki Bahu lah yang menjadi wakilnya, karena memang nenek moyang Ki Bahu masih ada hubungannya dengan nenek moyang Mataram. Dengan demikian kedekatan Ki Bahu dengan Pangeran Benowo itu lebih berdasar pada kesinambungan hubungan erat nenek moyangnya, yaitu antara Ki Ageng Ngerang dengan Ki Ageng Pengging.
Baik Ki Ageng Cempaluk ataupun Jaka Bahu memiliki hubungan sangat dekat dengan Panembahan Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Sultan Mataram Sutowijoyo maupun Mahapatih Mataram, Ki Mondoroko, nama kebesaran Ki Juru Martani. Karena drama baktinya kepada kerajaan yang besar dan usianya yang cukup tua, Ki Ageng cempaluk diberikan tanah perdekan (otonomi) di wilayah Kesesi, sekarang masuk Kabupaten Pekalongan. Hidup bersama dua anaknya, Joko Bahu dan seorang lagi sebagai anak angkatnya Anjarwati, dirasakan sebagai anugrah dari Tuhan yang Mahakuasa. Di padepokan itulah ia menghabiskan masa tuanya dengan penuh syukur pada Tuhan. Namun sebagai orang yang telah diberi penghargaan, Ki Ageng cempaluk tetap mencurahkan pikirannya dan sisa-sisa tenaganya untuk Mataram.
Sebagai seorang prajurit yang hidup di dua masa, yaitu masa kerajaan Pajang dan Mataram, dan dikenal sebagai prajurit yang mumpuni dalam bidang kanuragan dan ketataprajaan. Sehingga ia memiliki pewaris yang bisa melanjutkan pengabdiannya pada kerajaan.
Dituturkan, bahwa penguasa Kadipaten Kleyangangan (Sekarang Kecamatan Subah, Batang), Adipati - Pengalasan/Pemajegan - Tumenggung Dipokusumo, berencana meluaskan wilayah kadipatennya ke arah timur, dengan membuka alas roban, untuk areal pertanian dan pemukiman. Adipati Dipokusumo, sadar bahwa membuka alas (hutan) bukan pekerjaan yang mudah dan disadari termasuk pekerjaan yang keras. Sebuah tugas yang sangat keras dan penuh resiko, maka ia meminta bantuan Ki Ageng Cempaluk yang terkenal sakti. Karena usia yang mendekati udzur, maka tugas itu diserahkan pada puteranyan, Jaka Bahu.
Dengan tetap didampingi oleh Adipati Tumenggung Dipokusumo, tugas membuat persawahan dan pemukiman dengan membuka alas (Babat Wono Roban) dilaksanakan dengan baik oleh Jaka Bahu. Atas keberhasilannya itu, pada akhirnya jaka Bahu menjadi kepercayaa Adipati Dipokusumo, yang tentu saja keberhasilan itu dilaporkan pada Sultan Agung Hanyokrokusumo. (dalam buku Bahurekso Tapa, ada nama Jaka Sentanu - yang kemungkinannya satu nama dengan Ki Dipokusumo).
Berhasil membuka hutan Roban, Sultan Agung menginginkan ada penambahan areal persawahan dan pemukiman, dengan cara membuka hutan hutan (alas) Gambiran, sebuah hutan di sebelah barat Kleyangan, yang lebih gawat daripada Roban. Dengan menelusuri sungai Sambong yang lebar dan memanjang dari selatan ke utara, dan selanjutnya menjadi prioritas dan sasaran pertama yang harus dikerjakan.
Dimulai dengan membuat bendungan di sungai itu. Kawasan hutan yang telah dikuasai oleh pendekar keals tinggi, Drubikso, merasa kehidupannya diganggu. Tokoh sakti itu melakukan perlawanan pada Jaka Bahu. Oleh yang punya cerita disebutkan bahwa antara kedua tokoh itu sama-sama memiliki daya tempur yang luar biasa. Drubikso yang punya aji guntur geni berhasil dikalahkan. Drubikso dan Jaka Bahu saling memukul dengan galah atau watang (embat-embatan watang, Jawa). Tempat pertarungan kedua tokoh itu pada akhirnya disebut (berasal dari kata Batangembat-embatan watang).
Hutan gambiran merupakan keberhasilan Jaka Bahu kali kedua, sekarang ini tepatnya di daerah Sambong, Batang. Sedangkan pembahasan taktik dan strategi untuk mengalahkan Drubikso, sekarang bernama Dracik yang berasal dari kata diracik. Dan keberhasilannya membuka hutan Gambiran ini merupakan kado persembahan terhadap tahun pertama pemerintahan Sultan Agung (1613).
Pada akhirnya Sultan Agung mengutus putera Mataram, Ki Mandurorejo, untuk menata kembali daerah Kleyangan sepeninggal Ki Dipokusumo. Dari sinilah awal perkenalan Jaka Bahu dengan Ki Mandurorejo putera Ki Manduronegoro, yang berarti cucu Ki Patih Mondoroko, yang berarti juga masih saudara dekat dengan Sultan Agung, bahkan disebutnya sebagai mertua Sultan Agung.
Seperti disebut dalam sejarah Kabupaten Pekalongan/Batang, Tumenggung Mandurorejo diangkat menjadi Adipati pad tahun 1922. Bila diruntut dengan cerita-cerita di atas, maka sembilan tahun kemudian setelah hutan Gambiran bahkan di atas angka sepuluh tahun setelah alas Roban dibuka menjadi perkampungan oleh Bahurekso, Tumenggung Mandurorejo menduduki Pekalongan/batang sebagai adipati.
Atas jasa-jasanya itu, pada tahun yang tidak berselang lama setelah Sultan Agung dinobatkan sebagai sultan, Jaka Bahu diberi penghargaan atas jasa kerja kerasnya, menjadi Adipati (penguasa) Kendal, dengan pangkat Tumenggung (1614). Tahun penobatan ini memang menjadi perdebatan bahkan belum diyakini. Namun, catatan De Graaf, sejarawan Belanda yang khusus menulis javanologi menyebut bahwa pada tahun 1915, Kendal sudah ada seorang gubernur bernama Bahurekso.
Dengan diangkatnya Tumenggung Bahurekso sebagai penguasa Kadipaten Kendal, maka secara hirarkhi, Kadipaten Kendal di bawah langsung kerajaan Mataram. Sebuah karya yang dihias di daerah sendiri (Kabupaten Batang sekarang ini) sedangkan sebagai penghargaannya menjadi penguasa daerah lain. Sedangkan daerah yang dibangunnya (sebelum menjadi adipati) pada akhirnya bernama Kadipaten Pekalongan (termasuk Batang), oleh Sultan Mataram diberikan kepada Mandurorejo.
Inin artinya bahwa Ki Mandurorejo datang ke daerah itu, tatanan pemerintahan sudah tertata rapi, dan bangunan-bangunan sebagai cikal bakal pemerintahan telah ada. Dengan berdasarkan kepentingan pertahanan kerajaan Mataram, maka oleh Bahurekso dan atas persetujuan Sultan Mataram, menjadikan wilayah Kaliwungu sebagai alternatif yang terbaik sebagai pusat pemerintahan. Sebutan berikutnya Kadipaten kendal di Kaliwungu. Begitu seterusnya hingga 1811, pemerintahan dipindahkan ke kota Kendal seperti sekarang ini.
dalam sejarah Batang sebagai ditulis oleh R. Sunaryo Basuki, ataupun catatan-catatan Amien Budiman, bahurekso memang pernah memerintah Kabupaten Pekalongan sebagai pejabat kerajaan. Selanjutnya oleh R. Sunaryo Basuki juga dituturkan, ketika itu ia menunjuk Raden Tjilik atau Raden Prawiro, seorang ulama masih keturunan ulama Sedayu, Lamongan Jawa Timur, yaitu Sunan Nur atau Sunan Sendang sebagai Ki Ageng di Batang/Ki Ageng Gede Batang. Hanya saja keberadaannya di Pekalongan/Batang sebagai pejabat kerajaan, maka nama Bahureksotidak diabadikan bahkan tercatat sebagai Bupati Pekalongan atau di Batang.
Bila diurut kapan peristiwa itu terjadi, rasanya memang tidak sulit yaiut sebelum tahun 1614. Sebab, Mandurorejo diaingkat sebagi Bupati batang pad hari Senin pon, 8 September 1614 (Jumat Kliwon(?). Hanya saja catatan di Pekalongan menyebutkan bahwa walaupun Mandurorejo menjadi bupati/penguasa di Batang tahun 1614, tetapi di Pekalongan tercatat tahun 1622/1623 Pengeran Mandurorejo dan adiknya (Tumenggung Upasanta) menjadi adipati/penguasa Pekalongan. Kedua daerah itu merupakan hasil kerja keras Bahurekso.
Pekalongan berasal dari kata "kalong". Cerita tuturnya, di tempat itulah Bahurekso melakukan "topo ngalong", menggantung di pohon dan makannya hanya buah-buahan, seperti kalong, begitu masyarakat menyebut. Usaha bertapa Bahurekso ini sehubungan dengan pekerjaan membuat perkampungan dengan membuka hutan Gambiran.
Tidak berlebihan jika Bahurekso pada akhirnya berhasil membangun tiga daerah pemerintahan sekaligus.
diambil dari buku Babad Tanah Kendal karya Ahmad Hamam Rochani;
KENDAL MENJADI KABUPATEN
PAB 2009
Wakasek Urusan Kesiswaan menjadi pembina upacara sekaligus membuka kegiatan PAB yang dimulai pada hari Sabtu sampai Minggu, 28 - 29 November 2009 bertempat di kampus SMA 1 CEPIRING.
PAB kali ini cukup istimewa dan unik, mengapa? karena pada tahun ini peserta yang mengikuti kegiatan adalah ladies semua alias berjenis kelamin perempuan, tidak ada satu pun cowoknya. Namun, bagi ketigabelas ladies tersebut bukan suatu masalah yang berarti untuk tetap mengikuti PAB, bahkan mereka nampak sangat antusias.
Selamat memasuki dunia Ardhiwana untuk ladies2 sukses selalu untuk para "Wonder Women" Ardhiwana.
Salam Lestari...!!
Ardi GATHEL di Ardhiwana
Mulai bulan ini Ardhiwana sudah melakukan pemilihan ketua baru. Ardi Setiayandi Gathel ternyata dipercaya oleh teman-temannya untuk memegang tampuk pimpinan di Ardhiwana untuk periode 2009/2010. Satu minggu yang lalu tepatnya pada tanggal 21 November 2009 telah diadakan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus lama yang diketuai Anwar Prenges, sekaligus pemilihan pengurus baru.
Sabtu, 10 Oktober 2009
Yu' Main Teka-teki..!
Jawabannya : Karena....takut di ambil kamu!!!
Kecil, Ijo, kalau disentuh meledak?
Jawabannya: Ulet bulu bawa bom.
Kenapa semua orang kalau jalan selalu mengayunkan tangannya?
Jawabannya : Karena mereka lagi pakai pakaian!! Kalau telanjang kan gak mungkin banget.
Ikan,ikan apa matanya paling sipit?
Jawabannya : Ikan teri cina
Seorang nenek hanyut di sungai,kira2 ketemunya dimana?
Jawabannya : ya di koran
Hewan apa yang paling panjang?
Jawabannya : Ular ngatri di loket
Hewan apa yang paling banyak matanya?
Jawabannya : Ikan teri satu ember
Atasnya putih, bawahnya kuning,apa hayo..?
Pocong nginjak e'ek
Kenapa ya Terjadi Gempa?
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gempa bumi tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.[1] Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,[2]
[sunting] Penyebab terjadinya gempa bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi
[sunting] Sejarah gempa bumi besar pada abad ke-20 dan 21
* 30 September 2009, Gempa bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
* 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
Kerusakan akibat gempa bumi di San Francisco pada tahun 1906
Sebagian jalan layang yang runtuh akibat gempa bumi Loma Prieta pada tahun 1989
* 12 September 2007 - Gempa Bengkulu dengan kekuatan gempa 7,9 Skala Richter
* 9 Agustus 2007 - Gempa bumi 7,5 Skala Richter
* 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas [3].
* 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
* 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan, berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
* 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,0 skala Richter mengguncang Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera Hindia. Bencana alam ini telah merenggut lebih dari 220.000 jiwa.
* 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
* 21 Mei 2002 - Di utara Afganistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
* 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
* 21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400 korban tewas.
* 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000 nyawa.
* 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
* 30 Mei 1998 - Di utara Afganistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
* 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000 nyawa.
* 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan menewaskan 1.000 orang.
* 12 Desember 1992 - Di Flores, Indonesia berukuran 7,9 pada skala richter dan menewaskan 2.500 orang.
* 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000 nyawa.
* 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
* 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut lebih dari 9.500 nyawa.
* 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan menyebabkan 25.000 kematian.
* 4 Maret 1977 - Vrancea, timur Rumania, dengan besar 7,4 SR, menelan sekitar 1.570 korban jiwa, diantaranya seorang aktor Rumania Toma Caragiu, juga menghancurkan sebagian besar dari ibu kota Rumania, Bukares (BucureÅŸti).
* 28 Juli 1976 - Tangshan, Cina, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan 240.000 orang terbunuh.
* 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan 22.778 terbunuh.
* 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7 skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota Agadir.
* 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000 orang tewas.
* 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000 kematian.
* 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000 orang.
* 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut sedikitnya 140.000 nyawa.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi
Selasa, 25 Agustus 2009
Pertama menjadi Kelima
Tahun 2009 ini tidak menjadi tahun keberuntungan bagi Ardhiwana. Lha Emang?
Tradisi Keluarga Keraton Hadiningrat Wilayah Kendal yang setiap tahun mengadakan lomba Napak Tilas untuk kalangan kaum muda/pelajar. Kegiatan ini bertujuan menelusuri kisah dan sejarah berdirinya Kab. Kendal dan Kaliwungu beserta tokoh-tokoh yang berkaitan erat akan hal tersebut.
Seperti biasa, kegiatan dimulai dengan upacara pembukaan secara tradisi jawa keraton (Mataram) pada jam 07.30 wib setelah para peserta melakukan daftar ulang.
Ardhiwana yang mengirimkan dua regu -satu putra dan satu puturi- mewakili dari SMA 1 Cepiring, lagi-lagi menjadi peserta dengan urutan terakhir.
Kebetulan atau tidak, pada napak tilas tahun 2008 regu putra Ardhiwana mendapat undian nomor dada 11 dan untuk putri nomor 10, begitupun kali ini dengan keadaan yang sama.
Namun kesamaan keadaan tersebut tidak diikuti pula oleh sang dewi fortuna -dewi keberuntungan- dimana pada tahun 2008 Ardhiwana melalui regu yang putri dapat meraih sebagi yang tergiat pertama sehingga menjadi juara umum. Pada napak tilas kali ini Ardhiwana hanya bisa meraih juara harapan 2, sehingga sangat disayangkan dan kekecewaan pun melanda para anggota Ardhiwana terutama pada regu putri.
Mereka belum bisa menerima kenyataan sehingga setelah pengumuman hasil lomba, langsung minta pulang ke kampus. Dari sini dapat dipetik hikmah, bahwa setiap kegagalan belum berarti orang lain yang lebih pandai atau kita yang lebih bodoh. Melainkan seberapa kuat keinginan kita untuk membenahi diri dan berusaha untuk memperbaikinya.
munjuk atur purna...
Senin, 10 Agustus 2009
Raja-raja Jawa
I. Kerajaan Kediri/Mamenang
Sang Prabu Sri Aji Jayabaya kawin dengan Dewi Sara, berputera empat orang terdiri dari tiga orang wanita dan seorang laki-laki bernama Prabu Jayaamijaya yang kemudian menjadi raja di Kediri Mamenang menggantikan ayahnya.
1. Prabu Jayamijaya kawin dengan Dewi Satami berputera dua orang seorang diantaranya bernama Prabu Jayaamisena, menggantikan raja.
2. Prabu Jayaamisena kawin dengan Dewi Citraswara berputera dua orang, yang pertama bernama Prabu Kusumacitra menjadi raja dan memindahkan kerajaan ke Pengging.
II. Kerajaan Pengging
3. Prabu Kusumacitra beristri dua, berputera lilma orang. Dengan Dewi Soma lahir Prabu Citrasoma yang menggantikan ayahnya menjadi raja di Pengging.
4. Prabu Citrasoma beristri dua orang, berputera empat orang. Dengan Dewi Sriati berputera tiga orang, dan anak yang nomor dua bernama Prabu Pancadriya, menjadi raja di Pengging.
5. Prabu Pancadriya bersitri dua orang berputerakan empat orang. Dengan Dewi Gandrawati antara lain berputera Prabu Anglingdriya yang kemudian menjadi raja Pengging.
6. Prabu Anglingdriya beristri dua orang dan berputera tiga orang. Dengan Dewi Sinta berputera Prabu Sulawelacala, yang menjadi raja dan memindahkan ke Medang Kemulan, dan Prabu Pandayanata menggantikannya sebagai raja.
III. Kerajaan Medang Kemulan
7. Prabu Suwelacala bersitri lima orang dan berputera lima orang. Dengan Dewi Darmastuti berputera Prabu Sri Mapunggung (nomor 5) menjadi raja di Purwacarita.
IV. Kerajaan Purwacarita
8. Prabu Sri Mapunggung beristri lima orang dan berputera tujuh orang. Dengan Dewi sulastri lahir Jaya Lengkara (nomor 7), menjadi raja menggantikan ayahnya.
9. Prabu Jaya Lengkara beristri dua orang dan berputera lima orang. Dari Dewi Candralata lahir Resi Gatayu (nomor 5) yang kemudia menjadi raja dan pindah ke Jenggala.
V. Kerajaan Jenggala
10. Resi Gatayu beristri lima orang, dan berputera enam orang. Dengan Dewi Citraswara berputera: a. Dewi Kalisuci, yang kemudian menjadi penguasa makhluk halus. b. Prabu Lembuamiluhur menjadi raja di Jenggala.
11. Prabu Lembuamiluhur beristri enam orang, selir 40 orang berputera 100 orang. Dengan Dewi Tejaswara lahir Raden Panji Asmarabangun (nomor 97) yang ketika menjadi raja Jenggala bergelar Prabu Inu Kertapati.
12. Prabu Inu Kertapati beristri delapan. Dengan Dewi Candrakirana berputera seorang bernama Raden Labang yang ketika menjadi raja Jenggala bergelar Prabu Suryamiluhur, setelah itu memindahkan kerajaan ke Jawa Barat (Pajajaran) dan bergelar Prabu Panji Maesatandreman.
VI. Kerajaan Pajajaran
13. Prabu Panji Maesatandreman beristri empat orang berputera lima. Dengan Dewi Candrasari lahir Jaka Suparta yang kemudian menjadi raja Pajajaran bergelar Prabu Banjarsari. Pada saat itu pula kerajaannya dipindahkan ke Segaluh.
14. Prabu Banjarsari beristri 26 orang, dan berputera 78 orang. Dengan Kanjeng Ratu Agung berputera Prabu Mundingsari (nomor 15) menjadi raja Pajajaran/Segaluh.
15. Prabu Mundingsari beristri tiga, dan berputera enam orang. Dengan Dewi Warsiki lahir Prabu Mundingwangi yang kemudian menjadi raja Pajajaran.
16. Prabu Mundingwangi beristri tiga orang, berputera lima. Dengan Endang Setaman lahir Prabu Sunda Anyakrawati, disebut juga Prabu Pamekas menjadi raja Pajajaran.
17. Prabu Sunda Anyakrawati berputera 12 orang. Dengan Dewi Ambarsari berputera Raden Susuruh, yang kemudian menjadi raja Majapahit bergelar Pabu Bratana. Dan dengan seorang selirnya lahir Prabu Siyung Wanara yang menjadi raja Pajajaran dengan gelar Prabu Sri Mahasekti.
VII. Kerajaan Majapahit
18. Prabu Bratana beristri dua orang, berputera lima orang. Dengan Dewi Madani lahir Prabu Brakumara menjadi raja Majapahit.
19. Prabu Brakumara kawin dengan Dewi Dinding berputera Arya Adiwijaya menjadi raja Majapahit ke-3 bergelar Prabu Brawijaya I.
20. Prabu Brawijaya I beristri dua orang, berputera empat orang. Dari istri Raden Ayu Pengging lahir Raden Hayam Wuruk menjadi raja Majapahit ke-4 bergelar Prabu Brawijaya II.
21. Prabu Brawijaya II beristri Dewi Panurun, lair Arya Lembuamisani, bergelar Prabu Brawijaya III.
22. Prabu Brawijaya III kawin dengan Dewi Retno Penjawi, lahir Prabu Bratanjung dan bergelar Prabu Brawijaya IV.
23. Prabu Brawijaya IV beristri dua orng, selir satu orang, berputera lima orang. Dengan Dewi Tampen lahir Arya Angkawijaya yang kemudian bergelar Prabu Brawijaya V.
24. Prabu Brawijaya V beristri dan selir banyak, berputera 117 orang:
a. Dengan istri dari Champa/China lahir Raden Fatah (nomor 13) menjadi Adipati di Demak dan menjadi raja bergelar Sultan Sah Alam Akbar Sirrullah Khalifaturrosul Amirul Mukminin Tajuddin Abdul Hamidul Haq, atau Sultan Adil Surya Alam.
b. Dengan puteri Wandan berputera Raden Bondan Kejawan (nomor 14) bergelar Ki Ageng Tarub III yang kemudian kawin dengan Dewi Nawangsih dan berputera tiga. Putera nomor dua bernama Raden Depok yang bersahabat dengan Sunan Mojo Agung dan diambil menantu, diberi gelar Ki Ageng Getas Pendowo.
25. Ki Ageng Getas Pendowo beristri dua orang, berputera 12 orang. Dengan puteri Sunan Mojoagung lahir Bagus Senam yang kemudian bergelar Ki Ageng Selo.
26. Ki Ageng Selo beristri dua orang, berputera 14 orang. Dengan istri mudanya, lahir Ki Ageng Henis atau Ki Ageng Ngenis atau Ki Ageng Laweyan.
27. Ki Ageng Ngenis beristri puteri dari desa Selo berputera dua orang, yang pertama bernama Bagus Kuncung atau Ki Ageng Pemanahan.
28 Ki Ageng Pemanahan beristri satu dan mempunyai beberapa selir, berputera 31 orang. Dengan istri resmi (mungkin puteri Nyai Ageng Saba istri Ki Ageng Sueb) lahir Raden Bagus Danar atau Raden Ngabehi Sutowijoyo yang kemudian mendirikan kerajaan Mataram dan menjadi raja.
VIII. Kerajaan Mataram
29. Panembahan Senopati Sutowijoyo beristri banyak, berputera 23 orang. Dengan istri dari Pati berputera Raden Mas Jolang menjadi raja Mataram dengan gelar Kanjeng Susuhunan Hadi Prabu Anyakrawati. Meninggal dunia ketika berburu di hutan Krapyak, selanjutnya dikenal dengan Kanjeng Sunan Seda Krapyak atau Panembahan Krapyak.
30. Raden Mas Jolang kawin dengan ratu Adi, lahir Raden Mas Rangsang menjadi raja Mataram bergelar Kanjeng Sultan Agung Prabu Anyokrokusumo Senopati Ing Alogo Ngabdurrahman Sayidin Panata Dinan Ing Mataram.
31. Sultan Agung mempunyai beberapa orang istri dan berputera 12 orang. Dengwan Ratu Kilen (Batang), berputera Raden Mas Sayudin kemudian bergelar Sunan Amangkurat Agung.
32. Sunan Amangkurat Agung kawin dan berputera 22 orang;
a. Dengan ratu Kilen (Surabaya) berputera Raden Mas Rachmad yang kemudian menjadi raja Mataram Kartasura dan pengukuhannya dilakukan di atas geladak kapal Admiral, kemudian bergelar Sunan Amangkurat Amral.
b. Dengan Ratu Ageng berputera Raden MAs Derajad atau Pangeran Puger, yang kemudian menjadi raja di Mataram Kartasura, bergelar Kanjeng Susuhunan Pakubuwono I di Kartasura.
33. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Ikawin dan berputera 22 orang. Putera nomor 5 bernama Raden Mas Surya menjadi raja di Kartasura bergelar Prabu Amangkurat Jawi.
34. Kanjeng Susuhunan Amangkurat Jawi, kawin dan berputera 42 orang. Dengan Ratu Ageng, berputera Raden Mas Sandi (nomor 10) menjadi raja Kartasura bergelar Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II, dan memindahkan keraton dari Kartasura ke Surakarta. Dengan Ratu Ayu Tejowati berputera Raden Mas Sujono (nomor 21) yang kemudian menjadi raja Yogyakarta bergelar Kanjeng Sultan Hamengkubuwono I...dst.
35. Kanjeng Susuhunan Pakubuwono II selanjutnya menurunkan raja-raja Surakarta, dan Kanjeng Sultan Hamengkubuwono I menurunkan raja-raja di Keraton Yogyakarta. (*)
diambil dari Buku Babad Tanah Kendal karya Ahmad Hamam Rochani,
Rabu, 15 Juli 2009
Pangeran Sambong: Asal-usul Desa Sambungsari
Tentang nama Sam Hong pada diri Pangeran Sambong bisa dijadikan sebagai petunjuk bahwa tokoh sejarah masa lalu sudah terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Dan seandainya benar Sambong itu berasal dari Sam Hong, juga bukan sebagai sesuatu kejadian yang aneh. Nama Sam Hong in erat sekali dengan adanya sebuah makam, yang konon katanya makam itu punya nama Nyah Ka Han. Petilasan Nyah Ka Han itu ada di sebelah balai desa Sambongsari. Petilasan itu hanya diberi tanda dua buah bakiak atau sandal yang terbuat dari kayu lunak.
Sebai pemimpin-pemimpin lainnya, Tumenggung Prawiro Setya atau Pangeran Sambong tidak diperkenankan kembali ke Mataram. Ia kembali dari Batavia satu rombongan dengan Raden Muthohar dan Raden Haryo Sungkono. Perpisahan ketoga tokoh Mataram terjadi setelah Raden Muthohar dan Raden Haryo Sungkono berketatapan tinggal di daerah yang dinamakan Sembung Tambar. Tumenggung Prawiro Setya kembali bertapa kemudian melanjutkan perjalanan ke arah barat dan menjadi warga masyarakat biasa. Artinya, gelar kebesarannya sebagai tumenggung dilepasnya dengan sukarela. Tetapi masyarakat sudah mengetahui bahwa ia adalah seorang petinggi Mataram yang ikut berperang melawan Belanda di Batavia.
Disebutkan dalam cerita tutur bahwa kehidupan di sebelah barat desa Sembung Tambar, ia bersama-sama dengan tokoh seperguruannya bernama Bah Brontok, seorang tokoh keturunan China. Tokoh lainnya ada yang menuturkan bernama Bagus Wuragil juga dikenal dengan nama Den Bagus Banteng dan Benowo. Nama yang terakhir itu bukanlah Benowo yang melekat erat dengan Pangeran Benowo putera Jaka Tingkir (ada yang menyebut Denowo bukan Benowo).
Pangeran Sambong dan Bah Brontok adalah sama-sama murid Tumenggung Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi. Namun keduanya bertolak belakang dalam menempatkan tujuan belajar pada Ki Ageng Kemangi. Pangeran Sambong cenderung pada aliran putih, sedangkan Bah Brontok lebih pada aliran hitam.
Tempat paseban Pangeran Sambong diceritakan berada di sebuah perbukitan, sebelah desa Sambongsari. Tempatnya di tengah-tengah hutan jati, yang sekarang ini dipercayai sebagai makam Pangeran Sambong. Di samping makam/patilasan Pangeran Sambong ada sebuah makam/patilasan lagi, yang dituturkan milik putera Pangeran Sambong bernama Pangeran Langsih.
Sebagaimana di daerah-daerah lain, Pangeran Sambong juga melaksanakan tugas penyiaran agama Islam dengan cara yang disesuaikan dengan keadaan.
Begitu mengenal nama Pangeran Sambong, ingatan kita tentu tertuju pada seorang tokoh dalam lakon sinetron. Dalam sinetron tersebut, disebut-sebut dengan Raden Samba, yang konon seorang putera adipati.
Melihat masanya, Raden Samba memang sejaman dengan tokoh-tokoh pejuang dari Mataram. Apakah nama Raden Samba yang kemudian hari ada kemirpa dengan Pangeran Sambong? Tentunya memang tidak gampang untuk cepat menjawab dengan "Ya" . Namun bila diperhatikan namanya, memang tidak terlalu jauh antara Raden Samba dengan Raden Sambong. Dengan demikian paling tidak ada kedekatan dengan Paseban Kemangi.
Hidup sejaman dengan Bah Brontok, ternyayta hubungan antara pangeran Sambong dengan Bah Brontok bagai minyak dengan air. Meskipun mereka sama murid Ki Ageng Kemangi atau Tumenggung Rajekwesi, keduanya mempunyai visi keilmuan yang berbeda. Dialog soal kunci kehidupan antara keduanya tokoh itu memang sering dilakuukan. Namun selalu tidak menemukan titik yang bagus.
Demikianlah alkisah menyebutkan, bahwa suatu hari Bah Brontok melakukan adu ayam dengan Pangeran Sambong. Ayam Petarung Pangeran Sambong berwarna merah penatas, sedangkan milik Bah Brontok berwarna jali. Tempat beradunya ditentukan yaitu di daerah Cakra Kembang, dekat Sungai/Kali Kutho. Orang yang suka melihat adu ayam tidak berani melihat dari jarak dekat, cukup dari kejauhan dan di tempat yang agak tinggi. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Tegalan Sedengok.
Setelah usai adu ayam, keduanya selalu memandikan ayamnya di sungai dekat Cakra Kembang. Oleh masyarakat, sungai itu dikenal dengan nama sungai/kali jenes (kotor). Ada yang menarik dalam adu ayam itu. Ketika selesai adu ayam, dan jika ayam Bah Brontok kalah tarung, maka dilanjutkan dengan perang tanding antarpemiliknya. Yang sering melakukan pertarungan dalam cerita tutur adalah Bah Brontok dan Bagus Wuragil, yang konon masih adik Pangeran Sambong.
Ada tuturan lagi, dalam adu ayam, Bah Brontok sering melakukan kecurangan-kecurangan. Melihat lawannya senang dengan kecurangan, maka Pangeran Sambong juga melakukan taktik yang sama. Pada salah satu kaki ayam milik Pangeran Sambong diberinya tutup kaki yang terbuat dari bambu, sehingga kelihatan bahwa kaki ayam miliknya disambung dengan bambu (pring-Jawa). Dengan demikian warna kulit kaki ayam itu menjadi tidak sama. Maka di Dukuh Bojengan, yang letaknya tidak jauh dari Cakra Kembang itu bila ada ayam yang warna kulit dua kaki yang berbeda diyakini bahwa ayam itu adalah milik Pangeran Sambong.
Tempat padepokan kedua tokoh itu memang tidak terlalu jauh. Pangeran Sambong tinggal di daerah yang bernama Sambong atau hutan Sambongan, sedangkan Bah Brontok tinggal di Alas Buntu di daerah Krengseng. Tempat yang pernah dijadikan ajang tadnign kesaktian oleh keduanya itu sekarang dengan nama Randu Sigunting. Disebut demikian karena pohon Randu itu tumbuh bercabang seperti gunting.
Sedangkan tempat lain, dituturkan berada di sekitar makam Penyangkringan sekarang. Pada jaman dulu, di dekat makam itu ada bekas tapak kuda Pangeran Sambong di sebuah tunggak jati. Bahkan pertarungan antara Bagus Wuragil dengan Bah Brontok jga pernah terjadi. Kejar mengejar antara keduanya hingga sampai hutan Seklayu yang terletak di daerah Lebo Krengseng. Dan di hutan itulah ada dua makam yang dikatakan oleh masyarakat sebagai makam atau patilasan Bagus Wuragil dan Bah Brontok.
Bagus Wruagil disebut dengan Den Bagus Banteng karena dalam pertarungannya dengan Bah Brontok, sepak terjangnya seperti kekuatan banteng. Dalam pertarungan dua tokoh itu, keduanya mencapai puncak pertarungan dengan meninggal secara bersama (Mogo bothongo - sampyuh).
Nama isteri Pangeran Sambong memang tidak jelas sosoknya. Sedangkan Nyai Wungu adalah sosok tokoh wanita yang terlebih dahulu datang di tempat itu. Begitu pula tentng Nyai Damariyah atau Sri Pandan atau Pandansari, tokoh wanita itu lebih muda dari Pangeran Sambong. Pertemuan tiga tokoh tersebut ternyata membawa berkah, karena ketiganya pernah bertemu di suatu tempat sebelum tinggal di daerah barunya itu. Tempat pertemuannya sekarang disebut-sebut dengan Sambung yang diambil dari pertemuan ketiga tokoh itu bisa menyambung persaudaraan kembali.
Dikisahkan bahwa Nyai Damariyah atau Sri Pandan adalah sosok wanita yang sangat cantik, dan diperebutkn oleh Bagus Wuragil dan Denowo (bukan Pangeran Benowo). Dalam cerita tutur itu diterangkan dengan jelas bahwa hati Nyai Damariyah lebih condong ke Bagus Wuragl. Karena dirinya menjadi rebutan dua tokoh yang sama-sama pengikut Pangeran Ssambong, hatinya sangat gelisah. Maka ia memilih hidup dengan Nyai Wungu.
Oleh Pangeran Sambong juga Nyai Wungu dinasihatkan, kalau Nyai Damariyah ingin tenang dari perebutan dua orang yang sama-sama menjadi sahabatnya, lebih baik Nyi Damariyah pergi ke tempat Ki Sido Mukti, yang letaknya di sebelah timur Sambongan.
Ki Ageng Sido Mukti sangatlah prihatin karena adanya perseteruan dua sahabat Nyai Damariyah yang memperebutkan Nyai Damariyah. Oleh Ki Ageng Sdo Mukti, Nyai Damariyah diperintahkan untuk mencucui beras (mesusi-Jawa). Sebagaimana biasanya tempat mencuci beras itu dilakukan di sungai. Diberitahukan oleh ki Sido Mukti bahwa ketika Nyai Damariyah mesusi beras, maka telusurilah di mana letak berhentinya air cucian (pesusan) beras itu. Di tempat berakhirnya air pesusan itulah Nyai Damariyah bisa hidup tenang dan tidak akan diganggu oleh siapapun.
Air pesusan beras itu disebut orang dengan "Leri". Ketika Nya Damariyah menelusuri di mana berhentinya air leri itu, ternyata berhenti tepat di bawah dua pohon pandan yag tumbuh berdampingan, dan ada pohon Lo, pada waktu itu disebut orang dengan nama pohon cangkring. Sehingga daerah di sekitar pohon Lo itu sekarang in dikenal dengan nama desa Penyangkringan. Sedangkan nama Nyai Damariyah dipanggil banyak orang dengan nama Nyai Pandansari atau Sri Pandan. Sedangkan sungai yang menjadi tempat mesusi/mencuci beras akhirnya dikenal dengan Sungai Damar atau Kali Damar.
Tentang akhir kehidupan Nyai Damar, ia memang lebih suka bertapa dan tempat yang dipilihnya adalah di bawah pohon pandan. Konon Nyai Damar yang sukses bertapa itu menjadi tokoh sakti pilih tanding. Tempat pertapaannya yang terakhir adalah di bawah pohon pandan yang terletak di tepi laut (pantai dekat hilir sungai Damar/Laut Jawa). Dan sudah menjadi catatan khusus masyarakat Weleri bahwa desa itu mempunyai "danyang" seorang wanita yaitu Nyai Pandansari. Wallahu Alam.
dikutip dari buku Babad Tanah Kendal karya Ahmad Hamam Rochani,
Kamis, 09 Juli 2009
Curhat Kurangi Resiko Penyakit Jantung
Tau ga'? ternyata Curhat alias menyampaikan Curahan Hati itu ada positifnya lho...??
Setiap orang pasti pernah bercerita mengenai perasaannya (curhat), kepada orang lain. Tahukah Anda kalau kegiatan yang sering dianggap sepele itu ternyata dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung?
Prof. DR.dr Zubairi Djoerban SpPD, KHOM, Ketua Majelis Pengembangan Keprofesian (MPPK) PB. Ikatan Dokter Indonesia, mengatakan dengan kegiatan curhat seseorang mempunyai ventilasi terhadap apa yang ia rasakan. Dengan adanya ventilasi tersebut, seseorang dapat melepaskan stress yang ia alami.
Seperti yang diketahui, stress adalah salah satu penyebab penyakit jantung. "Curhat, silaturahmi, itu penting untuk mengurangi stress akibat pekerjaan atau lainnya. Curhat dapat dilakukan dengan adik, kakak, suami, istri, sahabat atau pears lainnya," ujar Zubari, di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat ( 10/7 ).
Individu yang introvert juga harus mempunyai "ventilasi" itu, karena jika permasalahan terus dipendam bukan hanya penyakit jantung yang timbul, namun penyakit lain seperti maag atau nyeri pada bagian kepala. Namun serangan jantung yang diakibatkan kelainan fungsi organ ataupun bawaan tidak dapat dicegah dengan aktifitas ini
Meski curhat membantu, kata Zubairi, gaya hidup sehat juga harus diterapkan. "Lakukan olah raga minimal 30 menit, berhenti merokok, dan harus mengonsumsi makanan sehat. Dengan demikian resiko terkena jantung akan semakin minim," urainya.
Tapi, ingat lho temen-temen, bukan berarti nggosip alias ngomongin kejelekan orang lain.
sumber: KOMPAS, 10/7/09,
Minggu, 05 Juli 2009
Kyai Kendil Wesi (bag 2)
Maka tidak ada jalan lain kecual harus dibunuh, tetapi ada yang menyarankan cara itu memang kurang baik. Maka cara yang terbaik Jaka Menot diusir dari kadipaten. Setelah meninggalkan kadipaten, maka diatur supaya ada punggawa mengejarnya dengan maksud untuk membunuh Jaka Menot.
Ada tuturan lagi, bahwa baik orang-orang kabupaten ataupun Belanda, merasa takut dengan kemampuan spiritual Bagus Aminoto. Diterangkan, kemampuan seorang remaja yang baru berusia belasan tahun sudah diketahui biasa bermain-main batu dan rumput. Konon batu-batu itu dibuat semacam tasbih dengan cara ditusuk dengan rumput dan ternyata bisa tembus.
Jaka Menot lari ke arah barat dan ternyata banyak juga orang merasa iba, karena para punggawa kakdipaten tersu mengejarnya untuk membunuh. Kenmudian ia ditolong oleh seorang tua. Namun pengejaran tersu dilakukan, dan orang tua yang diketahui menolong Jaka Menot, dibunuh. Kepalanya terpisah dari badannya, dan kakinya juga dipotong. Hanya tinggal badan (gembung). Di kemudian hari nama tempat membunuh orang tua itu terkenal dengan nama Bugangin.
Jaka Menot terus berlari mencari selamat. Karena merasa capek, ia beristirahat di sebuah pohon pinang (jambe). Ia terus dikejar oleh punggawa kadipaten. Setelah melihat para punggawa terus mengejar, Jaka Menot terus lari. Ketika para punggawa sampai di bawah pohon jambe itu, tercium bahwa ada bau harum pada pohon jambe. Maka tempat itu dinamakan Jambearum.
disadur dari buku 'Babad Tanah Kendal' karya Ahmad Hammam Rochani.
Siapa Kyai Kendil Wesi? : adakah hubungannya dengan Bagus Menot
Menurut catatan Amien Budiman, Kyai Kendil Wesi itu nama aslinya adalah TUmenggung Singowijoyo. Bupati Kendal ini tewas di gunung Tidar Magelang ketika terjadi geger Pakunegaran. Kemudian ia digantikan oleh kemenakannya dengan gelar Tumenggung Mertowijoyo. Dan setelah meninggal digantikan oleh adiknya dengan nama kehormatan yang sama yaitu Tumenggung Mertowijoyo, yang meninggal di Loji Semarang. Tumenggung ini mempunyai putera yang bernama Mertowijoyo yang kemudian lebih dikenal dengan Mertowijoyo I.
Sedangkan catatan yang beredar di Kendal menerangkan bahwa yang dimaksud Kyai Kendil Wesi adalah bupati Kendal yang memiliki nama Mertowijoyo II, adik dari Tumenggung Singowijoyo yang memerintah pada tahun 1700 - 1725. Meninggal dan dimakamkan di pemakaman Pekuncen Kendal. Sedangkan pusakanya yang bernama Kendil Wesi diwariskan pada puteranya yang namanya juga nunggak semi dengannya yaitu Mertowijoyo III. Setelah meningal dunia, jenazah dan pusaka Kendil Wesinya dimakamkan di bawah pohon Doropayung Desa Sukolilan Patebon Kendal.
Nama Mertowijoyo jgua ditemukan dalam buku Serat Babad Negari Semarang dan Babad Mentawis. Dalam Serat Babad Nengari Semarang diterangkan bahwa nama Mertowijoyo itu masih ada hubungannya dengan Ki Ageng Pandan Aran I (Ki Mode Pandan), penguasa Semarang atau Tirang Amper, yang berarti ada hubungan garis keturunan dengan Raden Fatah, Sultan Demak.
Lengkap silsilahnya disebut sebagai berikut; Raden Fatah (Demak) berputera Pangeran Sabrang Lor, berputera Pangerawn Pandan Aran I (Ki Mode Pandan), berputera Pangeran Kanoman bupati Semarang (adik Sunan Tembayat), berputera Kyai Khalifah, berputera Kyai Laweyan, berputera Kyai Sumendhi (Kyai Alap-alap, bupati Semarang), berputera Kyai Rangga Hadi Negoro (Surahadimenggala ke-2, bupati Semarang), berputera Kyai Ronggo Mertoyuda (Surahadimenggala ke-3, bupati Semarang), berputera Kyai Mertowijyoyo.
Namun menurut cerita yang dicatat dala buku peninggalan-peningglan kunodi Kendal disebutkan bahwa Mertowijoyo berasal dari Lumajang. Karena ada selisih keluarga dengan adiknya, ia mengalah dan membawa pengikutnya berlayar dan akhirnya terdampar di Kendal.
bersama pengikutnya ia membuka suatu daerah sebagai tempat tinggal, dan karena ia mempunyai sebauh pusaka yang berwujud kendil terbuat dari bes, maka ia terkenal dengan nama Kyai Kendil Wesi. Ia meninggal ketika geger pakunegaran di gunung Tidar Magelang, dan jenazahnya dimakamkan di Pekuncen Kendal. Sedangkan jabatan bupati jatuh ke tangan Mertowijoyo III, putera Mertowijoyo I berikut pusakanya.
Kemudian siapa yang dimaksud dengan Bagus Menot?
Diceritakan bahwa ia putera Tumenggung Mertowijoyo. Namun tidak jelas Mertowijoyo yang mana. Namun kalau dilihat dari cerita yang beredar di Kendal bahwa ia adalah putera adipati tetapi akhir hayatnya mukso tanpa nama. Bisa jadi ia adalah putera Adipati Mertowijoyo I. Sebab, ketika Mertowijoyo I meninggal dunia, jabatan bupati diwakili oleh patihnyasendiri (lihat dan perhatikan dalam nama-nama Bupati Kendal di bagian akhir).
Seperti diceritakan oleh juru kunci makam Bagus Menot, Pak Puji (50), serta para orang tua yang suka dengan cerita tempo dulu, bahwa Bagus Menot adalah putera seorang adipati. Ketika ayahnya kembali dari berperang (geger Pakunegaran) ia dalam keadaan terluka parah karena terkena sabetan senjata. Sedangkan isterinya dalam keadaan hamil. Sebelum Mertowijoyo meninggal dunia, ia berpesan kepada semua kerabat bahwa kelak yang menggantikan dirinya menjadi bupati Kendal adalah putera yang masih dalam kandungan. Bila ia nanti lahir laki-laki, harap diberi nama Jaka Aminoto. Dan apaibila menduduki kursi bupati namanya Adipati Aminoto. Begitu pesan ayahandanya, Mertowijoyo. Ada tuturan lagi, selain bernama Aminoto jga punya nama lain yaitu Raden Sutejo.
Kelahiran bayi Aminoto bersamaan dengan kematian sang ibu. Maka bayi Aminoto dirawat oleh keluarga. Ketika mencapai usia dewasa, kira-kira 17 tahun, malapetaka menimp dirinya. Orang yagn menduduki jabatan bupati warisan dari ayahnya merasa resah karena pewaris yang asli sudah tumbuh dewasa. Maka tidak ada jalan yang terbaik kecuali harus menyingkirkan sang pewaris dengan cara apapun.
selanjutnya...(klik di sini)
disadur dari buku 'Babad Tanah Kendal' karya Ahmad Hammam Rochani
Selasa, 30 Juni 2009
Sumbing (2)
Walaupun belum pernah mendaki gunung tersebut, Anwar prenges, Ibnu wakpo, Ari ucrit, berangkat sebagai leader di depan. MasDur selaku pembina di tengah dan di belakang ada MasDin dan Gianto jambul sebagai penyapu ranjau. Ketika terdengar adzan berkumandang para ardhies istirahat, kemudian bertayamum untuk melakukan shalat maghrib. Di situ mereka bersama rombongan dari pekalongan. Setelah semua selesai perjalanan kembali dilanjutkan dan kembal istirahat sekitar jam 8 malam. "Silahkan buat perapian dan isi perut kalian dengan mempraktekan kompor praktis kalian, jangan sampai ada yang kelaparan" begitu masDur memberikan intruksi. Tidak mau berlama lama dalam kedinginan karena suhu sudah mencapai 15 derajat celcius, para ardhies melanjutkan perjalanan. Namun di sini Ardhiwana mulai terpecah menjadi 2 kelompok. Dari 24 ardhies, empat lainnya tertinggal di belakang sebagai pecahan dua kelompok tersebut dan bertahan di pos 2 karena dua ardhies tidak kuat melanjutkan perjalanan. Sedangkan kelompok besar masih melanjutkan untuk menuju puncak. Setelah sekian jauh perjalanan, pada pos terakhir sebelum Pos Watu Kotak, Ayu dingkel tidak kuat dan pingsan. Sebagai pembina, masDur langsung mengintruksikan kepada para ardhies untuk mendirikan tenda. Namun dari 3 tenda -1 tenda doom dan 2 berjenis tenda biasa- yang di bawa, hanya 1 tenda yang bisa berdiri, yaitu tenda doom. Karena angin yang begitu kencang, 2 tenda lainnya tidak bisa didirikan. Akhirnya, "buat bifak, yang penting tubuh kalian tidak langsung terkena angin, cari selokan atau jalan air supaya lebih terlindung". Tanpa banyak cas cis cus mereka langsung melaksanakannya inturksi tersebut.
Alhamdulillah...sinar matahari masih bisa menghangatkan tubuh mereka. Setelah semua sarapan dan mengemasi perlengkapan, sekitar jam 8 dimulailah perjalanan untuk turun. "Tidak kita lanjutkan ke puncak, Mas?" tanya salah satu ardhies kepada masDur. Dengan alasan Karena persediaan logistik tidak mencukupi untuk melanjutkan perjalanan ke puncak maka lebih turun saja, jawabnya. Akhirnya alasan yang masuk akal tersebut bisa diterima dan mereka pun turun menuju basecamp. Sekitar jam 11 siang rombongan ardhies sampai di basecamp Garung, dan ternyata 1 kelompok kecil yang bertahan di pos 2 sudah turun dan sudh sampai lebih dulu di basecamp dalam keadaan selamat. Selanjutnya istirahat dan nge-camp sampai hari Senin sore menunggu jemputan mobil tiba. Seperti biasa, setelah turun gunung siang hari, malah harinya diadakan kegiatan ramah tamah. Masing-masing individu menyampaikan kesan dan pesannya setelah mengikuti pendakian. Ada yang sengsara, nelangsa, dan kaget ternyata pendakian itu tidak mudah dan nampak enak seperti yang ada di poto-poto kegiatan. Namun, kebanyakan dari mereka tidak merasa kapok dan mulai menyadari dan memetik pelajaran filosofinya. Bahwa bila seseorang yang sukses mencapai puncak tidak serta berjalan dengan mudah, akan tetapi layaknya orang mendaki puncak gunung, banyak jalan yang beraneka ragam bentuknya. Ada yang naik, turun, meliuk, harus melewati jurang, dan lain sebagainya. Intinya begitulah semestinya, bila seseorang ingin mencapai sukses harus bisa dan berani melewati rintangan tersebut. Keesokan harinya, Senin sore jam 14.00 wib, mobil penjemput pun datang. Dengan bersuka ria juga rasa kangen akan tempat tersebut rombongan meninggalkan basecamp menuju kampus SMAN 1 Cepiring, syonaraa......tiba di kampus jam setengah lima sore.
"Mendaki bukan mencari mati, tetapi mencari jatidiri"
"Kesuksesan tidak diraih dengan sejengkal langkah yang lurus, melainkan bisa dan berani melalui rintangan dan hambatan yang berliku"
Senin, 29 Juni 2009
Menantang, Dihajar SUMBING
Purna anggota atau pelepasan keanggotaan untuk kelas XII, merupakan salah satu tradisi di Ardhiwana. Kegiatannya dilakukan dengan bentuk pendakian gunung. Nah..! Untuk yang ke-4 ini, yang dituju adalah Gunung Sumbing yang berketinggian 3371 mdpl. Melalui jalur Garung, Wonosobo, 27 Juni 2009 Ardhiwana berangkat dari kampus SMAN 1 Cepiring dan tiba di basecamp pukul 13.30 WIB. Setelah istirahat selama kurang lebih dua setengah jam, tepatnya jam 4 sore, perjalanan pun dimulai. Kegiatan ini diikuti oleh 19 siswa ditambah 2 alumni serta seorang pembina yang dibantu 2 orang pemandu.
Gunung Sumbing memang betul-betul segagah bentuknya. Jalur pendakian Garung adalah jalur yang dinilai lebih menantang, karena medan yang dilalui lebih jauh, lebih terjal dan lebih sulit. Pada start pertama saja, dari pemukiman penduduk pendaki harus menempuh medan dengan ngetrek atau tanjakan yang cukup tinggi kemiringannya.
gambar-gambar lain
Senin, 01 Juni 2009
Kenapa Memilih Rokok Bukan Susu..?
Menurut Dr IR Erica B Laconi, MS, dosen Teknologi dan Industri Pangan, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian tahun 2007, konsumsi susu Indonesia adalah 6 liter per kapita per tahun, Malaysia 20 liter per kapita per tahun, India 45 liter per tahun, dan Vietnam lebih dari 10 liter per kapita per tahun.
Kata dia lagi, yang lebih memprihatinkan lagi, hampir 90 persen atau setara dengan 4 juta liter per hari hanya dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan.
Rendahnya konsumsi susu tersebut bukan karena rendahnya pendapatan perkapita, melainkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya susu. "Orangtua, terlebih bapak-bapak, lebih memilih untuk membeli rokok daripada susu untuk anak mereka," ucap Erica.
"Sedangkan pada masyarakat pedesaan, mereka lebih memilih untuk menjual hasil susu dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga," imbuhnya.
Jika hal tersebut terus berlanjut, Erica mengkhawatirkan akan terjadi lost generation, yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. "Setiap orang seharusnya mengonsumsi minimal satu gelas susu sehari, itu sudah sangat membantu. Lebih dari itu lebih bagus, jangan takut gemuk karena susu tidak membuat gemuk," saran dia.
Sumber : KOMPAS
Senin, 13 April 2009
Hari Bumi, Hari Alam Lestari
Maksudnya adalah bahwa manusia diciptakan tidak sendiri, artinya ada mahluk lain selain manusia seperti tumbuhan hewan dan segala benda yang ada di bumi maupun di langit yang kesemuanya kemudian disebut dengan alam semesta.
Segala bentuk adanya alam merupakan penyeimbang antara adanya mahluk yang satu dengan mahluk lainnya. Bila kita mengingat pelajaran biologi di sekolah tentang rantai makanan, semua komponen yang terlibat bilamana terputus satu rantai makanan maka siklus tersebut akan mengakibatkan tidak berjalannya perputaran rantai yang menemukan atau menghubungkan kembali antarmata rantai. Sehingga pertemuan kehidupan tidak akan berlangsung.
...(bersambung)
Minggu, 05 April 2009
Nama-nama Bupati Kendal dan Kaliwungu
1. Tumenggung Bahurekso
Sejak kapan Tumenggung Bahurekso diangkat sebagai Adipati Kendal, memang belum ditemukan data yang resmi. Tetapi H.J De Graaf, sejarawan Belanda yang sudah berhasil menulis beberapa soal Javalogi mengatakan bahwa tahuan 1615, ketika pertama kali utusan dagang VOC berkeinginan menghadap Sultan Agung, Raja Mataram, diwajibkan terlebih dahulu menghadap Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal. Akan tetapi ada catatan yang menerangkan bahwa Tumenggung Bahurekso diangkat menjadi Bupati Kendal pada hari Jumat Kliwon, tanggal 12 Robiul Awal tahun 1023 H, bertepatan dengan dengan tanggal 8 September 1614, dengan gelar Raden Tumenggung Bahurekso.
Akhir pemerintahannya sampai dengan 26 Agustus 1628, gugur melawan tentara Belanda di Batavia, 21 Oktober 1628.
2. Raden Ngabehi Wiroseco (1629 - 1641)
Penggati Raden Tumenggung Bahurekso adalah Raden Ngabehi Wiroseco, sahabat dekat dengan Pangeran Benowo (putra Sultan Hadwijoyo). Tokoh ini hanya menjabat sebentar karena meninggal dunia dan tidak meninggalkan putra. Setelah itu RadenMgabehi Wiroseco digantikan oleh tokoh yang mempunyai nama sama, yaitu Wiroseco, yang semula penguasa jepara. Tapi Raden Wiroseco yang satu ini memng tidak lama berkuasa di kendal, karena atas usul VOC ia ditarik lagi ke jepara. maka dari tahun (1629 - 1641), jabatan bupati kendal dijabat oleh dua orang, dengan nama yang sama, yaitu Raden Ngabehi Wiroseco(catatan Amen budiman, Menyingkap Sejarah Kendal seri V).
3. Raden Ngabehi Mertoyudo (1641 - 1649)
Bangsawan asal Mataram. Dan pada awal pemerintahanya, Kerajaan Mataram telah terjadi alih kekuasaan dari Sultan Agung (1645) kepada puteranya, Sultan Amanfkurat I.
4. Raden Ngabehi Wongsodiprojo (1649 - 1650)
Bangsawan asal Mataram. Menjabat baru beberapa bulan sudah wafat.
5. Raden Ngabehi Wongsowiroprojo (1650 - 1661)
Putera dari Raden Ngabehi Wongsodiprojo (Bupati ke -4)
6. Raden Ngabehi Wongsowirosroyo (1661 - 1663)
Putera dari Raden Ngabehi Wongsodiprojo (Bupati ke -5)
7. Tumenggung Singowijoyo I atau Singowonggo (1663 - 1668)
Putera dari Raden Ngabehi Wosongwirosroyo (Bupati ke -6). Pada tahun 1677 di utus Sunan Amangkurat I untuk memulihkan keadaan di jakarta sehubungan dengan aksi orang- orang cina yang melawan belanda. dan tahun 1677 ini pula terjadi alih kepemimpinan mataram dari Sunan Amangkurat I ke Adipati Amon atau sunan amangkurat II, dan Tumenggung Singowijoyo I wafat 1688,tanpa sakit.
8. Tumenggung Mertowijoyo I (1688 - 1700)
Putera Raden Tumenggung Ngabehi Singowijoyo I (Bupati ke -7) wafat 1694, dan selanjutnya diwakili oleh pamannya yang (juga) bernama Singowijoyo, hingga 1700. Nama Tumenggung Mertowijoyo juga ditemukan dalam buku Babad Mentawis dan Serat Babad negari semarang. Seperti dituturkan oleh Amen Budiman Bahwa Tumenggung Mertowijo tewas dalm peristiwa geger pakunegaran di wilayah kedu, kelihatannya mendapat dukungan dari babad Mentawis. Sebab buku itu menerangkang bahwa Tumenggung Mertowijoyo ambil bagian secara aktif dalam peristiwa tersebut. Sedangkang dalam serat babad negeri semarang diterangkan bahwa nama Tumenggung Mertowijoyo erat hubungannya dengan Ki Ageng Pandan Aran Atau Ki mode pandan. diterangkang lagi bahwa garis nasab Mertowijoyo dimulai dari pangeran Kanoman, adik Sunan Tembayat. bila catatan itu sesuai dengan yang dimaksud, maka Tumenggung Mertowijoyo ada garis Lurus dengan Sultan Akbar AL- Fatah dari Kerajaan Demak.
9. Tumenggung Mertowijoyo II (1700 - 1725)
Adik dari Raden Tumenggung Singowijoyo I (Bupati KE-7), atau Paman dari Tumenggung Mertowijoyo I. Tumenggung Mertowijoyo II ini juga di sebut Kyai Kendil Wesi, karena punya pusaka berwujud kendil yang terbuat dari besi. wafat tahun 1725 dan dimakamkan dipemakaman pakucen, kebondalem, kecamatan kota kendal, sedangkang pusakanya dimakamkan dipesarean Doropayung, sukolilan, patebon , kendal. Dua tahun setelah Tumenggung Mertowijoyo II di angkat, tahun 1703 Sunan Amangkurat II meninggal dunia, dan di ganti puterannya, Sunan Mas, yang bergelar Sunan Amangkurat III. Pada masa keemasan, Murah sandang dan murah pangan
10. Tumenggung Mertowijoyo III (1725 - 1739)
Putera Tumenggung Mertowijoyo I (Bupati ke - 8), dimakamkan di pesarean Doropayung - patebon - kendal, bersebelahan dengan makam pusaka kendil wesi. Bisa jadi pusaka itu diserahkan oleh Tumenggung Mertowijoyo II kepada puteranya, Tumenggung Mertowijoyo III, sebagai adat kelangsungan pemerintah, sebagaimana dulu Kyai Plered diwariskan kepada Sultan Agung.
11. Tumenggung Singowijoyo II (1739 - 1754)
Putera kedua dari Tumenggung Singowijoyo I (bupati ke-9), dimakamkan di Loji Wurung Semarang. Jabatan bupati kosong, diwakili oleh Patih Mertomenggolo asal Jepara sampai tahun 1755.
12. Tumenggung Soemonegoro I (1755 - 1780)
Putera dari Adipati Soerohadimenggolo, Adipati Semarang, 1755 - 1780. Ketika itu di Mataram terjadi Perjanjian Gianti. Mataram dibagi menjadi dua; Yogyakarta dikuasai oleh Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I. Sedangkan Surakarta dikuasai oleh keturunan Paku Buwono II, yang kemudian digantikan oleh puteranya Paku Buwono III.
13. Tumenggung Soemonegoro II (1780 - 1785)
Putera Adipati Soemonegoro I (bupati ke-12). Didampingi seorang patih bernama Ronggodipowongso, yang menjabat patih hingga 1880.
14. Tumenggung Soerohadinegoro II (1780 - 1785)
Putera kedua Adipati Soemonegoro I (bupati ke-12).
15. Raden Tumenggung Prawirodiningrat I
Semula bupati Demak (1896 - 1811). Setelah Adipati Prawirodiningrat wafat, selama dua tahun pemerintahan Kabupaten Kendal dilaksanakan oleh Patih Wiromenggolo hingga 1813.
Pada tahun 1811, pemerintah Inggris membangun jalan raya Dandels yang melalui Kaliwungu - Kendal. Atas usul Patih Wiromenggolo, ibukota Kabupaten Kaliwungu akan dipindahkan ke Kota Kendal dengan alasan:
- Letak Kaliwungu kurang strategis karena sering dilanda banjir, sedangkan sebelah selatan terdiri tanah yang berbukit-bukit.
- Kota Kendal tanahnya datar dan cukup luas, letaknya juga dekat pantai yang baik.
Pada tahun 1813, pemerintah Inggris menobatkan putera alamarhum Tumenggung Prawirodiningrat I sebagai Bupati Kaliwungu terakhir dan Bupati Kendal yang pertama (hapusnya istilah/sebutan Kabupaten Kaliwungu) dengan gelar Pangeran Ario Prawiradiningrat II.
16. Raden Tumenggung Prawirodiningrat II (1813 - 1830)
Putera dari R.T. Prawirodiningrat I (Bupati ke-15). Dan mulai tahun 1829, bergelar Pangeran Haryo (PH), wafat tahun 1830, dimakamkan di Protowetan. Gelar Pangeran Haryo diperoleh karena adipati Kaliwungu ini membantu Belanda ketika perang Diponegoro. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Patih Kaliwungu hingga tahun 1832. Dan Patih Kaliwungu ini juga disebut Tumenggung Kasepuhan, rumah terakhir kepatihan Kaliwungu, wafat tahun 1434, dimakamkan di Protowetan, Kaliwungu. Bersamaan dengan pemerintahan Prawirodiningat II, Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris, dan Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal.
17. Raden Tumenggung Purdadiningrat atau Prododingrat (1832 - 1850)
Menantu R.T Prawirodiningrat II, 1832 - 1850. Mungkin karena dipandang sangat memebahayakan Belanda, maka Bupati Kendal ini diasingkan ke Manado. Sehingga oleh masyarakat disebut Adipati Kendhang.
18. KRT. Soerohadiningrat atau soerohadi diningrat atau Sosrodiningrat (1850 - 1857)
Berasal dari Gresik, kemudian tahun 1857 dipindah ke Purbolinggo.
19. Pangeran Ario Notoproto atau Notohamiprojo (1857 - 1890)
Wafatnya dimakamkan di Protowetan.
20. Raden Mas Adipati Notonegoro (1891-1914)
Putera Pangeran Adipati (bupati ke-19), diangkat tahun 1891, wafat tahun 1914, dimakamkan di Protowetan.
21. Raden Mas Adipati Aryo Notohamijoyo (1914 - 1938)
Putera dari RMA. Notonegoro (bupati ke-20). Nama aslinya Raden Muhammad. Wafat Desember 1949. Karena ada halangan, diwakili oleh patih Kendal, Raden Notomoedigdo.
Pada waktu pemerintahan Adipati Aryo Nothamiprojo, Pemerintah Belanda mulai memberi wewenang kepada bupati untuk bertindak sebagai College van commomiteerden seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan kemudian ada lagi satu lembaga yang mengurusi keuangan desa dan pasar-pasar. Lembaga ini berjalan mulai tahun 1939.
22. Raden Mas Purbonegoro atau Poerboatmojo Adisoerjo (1939 - 1942)
23. Patih Kendal, Raden Koesumohoedojo (1942 - 1945)
24. Soekarmo, anggota Syusangiin,
25. Raden Poeslam,
26. Raden Prajitno Partididjojo,
27. Raden soedjono,Bupati Blora (1957 - 1960)
28. Raden Abdurrachman,
29. Raden Gondopranoto,
30. Raden Salatoen, (1960 -1965)
31. Mayor R. Sunardi, Dandim Kendal, (1965 -1967)
32. Letkol RM Soeryosuseno, (1967 -1972)
33. Drs. H. Abdussaleh ranawijaya, (1972 - 1979)
34. Drs. H. Herman Soemarmo, (1979 - 1984)
35. H Soedono Jusuf, BA (1984 - 1989)
36. H Soemojo Hadiwinoto, SH (1989 - 1999)
37. Drs. H. Djoemadi (1999 - 2000)
38. H. Hendy Boedoro, SH, MSi (2000 - 2008)
Rabu, 11 Maret 2009
Donor Darah, Sehat untuk Tubuh
Buat kawan2ku di SMA 1 Cepiring dan semuanya saja. SMA kita beberapa pekan kemarin yang dipelopori oleh Pengurus OSIS dan ekskul PMR mengadakan kegiatan sosial yaitu Donor Darah. Dari tahun sebelumnya, peserta yang mengikuti kegiatan ini mengalami peningkatan namun sedikit, sungguh masih jauh dari harapan. Kenapa?
Rupanya pemahaman akan transfusi darah belum banyak diketahui oleh warga SMA 1 Cepiring, baik manfaat, dampak, cara-cara menjadi pendonor dan lain sebagainya yang berhubungan dengan donor darah itu sendiri. Mestinya pihak sekolah perlu mengadakan sosialisasi kepada warga SMA baik guru, karyawan maupun siswa.
Untuk itu para pembaca kiranya perlu memahami sedikit uraian berikut.
Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah.
TUJUAN TRANSFUSI DARAH
- Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
- Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap bermanfaat.
- Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
- Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
- Meningkatkan oksigenasi jaringan.
- Memperbaiki fungsi Hemostatis.
- Tindakan terapi kasus tertentu.
MACAM TRANSFUSI DARAH
- Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan darah lebih dari 25 %. - Darah Komponen
- Sel Darah Merah (SDM) :
Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi darah.
Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang. - LEUKOSIT/ GRANULOSIT KONSENTRAT : Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitas Leukosit menurun.
- TROMBOSIT : Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
- PLASMA dan PRODUKSI PLASMA : Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang hilang.
Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita Hemofili dan Von Willebrand
- umur 17 - 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter ) - Berat badan minimum 45 kg
- Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
- Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg
Diastole = 70 - 100 mm Hg - Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
- Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr % - Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
- Pernah menderita hepatitis B
- Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
- Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi
- Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga
- Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
- Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil
- Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
- Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis
- Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
- Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
- Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
- Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
- Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
- Sedang menyusui
- Ketergantungan obat.
- Alkoholisme akut dan kronik.
- Sifilis
- Menderita tuberkulosa secara klinis.
- Menderita epilepsi dan sering kejang.
- Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk.
- Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.
- Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril)
- Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
SEMERU Kembali Aktif
Ledakan dahsyat terjadi saat warga di sekitar lereng gunung sedang beraktivitas di sawah. Para petani sempat terkejut karena letusan Semeru terjadi tidak seperti biasanya. Getaran ledakan dan suara amat keras.
Meski demikian, status Semeru masih waspada. Pengamat pos pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur belum bisa memastikan penyebab ketidakstabilan interval letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Untuk mengantisipasi peningkatan status Semeru, anggota Komando Distrik Militer 0821 Lumajang disiagakan selama 24 jam.(Sumber Liputan6)
Kamis, 26 Februari 2009
'Geger' Paus atau Hiu? Pantai Jomblom Ramai Pengunjung
Senin, 16 Februari 2009
Survival CURUG SEWU, susah tapi senang
Kegiatan ini dimulai Sabtu, 14 Januari 2009. Dibuka dengan apel secara sederhana oleh MasDur selaku pembinanya. "Kunci sukses untuk bisa bertahan di Ardhiwana adalah bisa menikmati setiap kegiatan dan tidak banyak keluhan yang berlebihan, serta yang paling penting adalah bisa beradaptasi dengan lingkungan", katanya dalam pembinaan.
Pada pemateri, selain diisi oleh para alumni Ardhiwana juga mendatangkan pemateri dari luar untuk mengisi materi Ilmu tentang Gua (Speleologi) dan Penelusuran Gua (Caving). Beliau juga alumni SMA 1 Cepiring lulusan tahun 2001, yang sekarang menjabat sebagai Kepala Sekolah Pondok Modern Selamat Kendal, Ahmad Syaifuddin atau lebih akrab dipanggil Asep.
Penyampaian materi-materi tersebut berlangsung dari pukul 19.30 sampai dengan pukul 22.30. Kemudian dilanjutkan dengan materi Ilmu Medan yang diisi oleh Masdur, pembina Ardhiwana sendiri. Dalam Ilmu Medan ini peserta -yang hanya diikuti oleh 3 anak dan semuanya cewek- langsung dituntut untuk praktik dengan cara mengelilingi desa Cepiring dalam keadaan malam hari dengan membaca peta yang sudah diberikan. Dan pelaksanaannya pun mereka harus bejalan sendiri -tidak beregu- mencari tempat yang dituju sesuai dengan intruksi di peta, karena materinya adalah survival invidu. Alhamdulillah semua selamat dan kegiatan malam bisa selesai pukul 02.00 pagi. Trus zZZzzz..zzzZz..Zz
Pagi harinya, pukul 07.00, adalah ritual kedua, Survival Kelompok. Tempat yang dituju adalah Curug Sewu, Patean. Dari Basecamp -SMA 1 Cepiring- Para ardhies (sebutan untuk anggota Ardhiwana) dengan menaiki truk berangkat menuju Sojomerto sebagai titik awal. Setelah turun dari mobil _tepatnya di area perhutani- para ardhies memulai perjalanan. Rute yang yang dilalui Dusun Klantung Ds Sojomerto - Muncar - Wonokerto - Kalices - Curug Sewu. Selama perjalanan ardhies terbagi 4 regu. Regu pertama sampai di tempat tujuan pada pukul 12.30, sedangkan regu terakhir pukul 13.30. "Nah, sekarang adalah ritual terakhir yang harus kalian lakukan yaitu pengkaosan sebagai perwujudan pengambilan tanda anggota" kata MasDur. Tanpa ba bi bu pengurus dan senior lainnya (termasuk kls X yang sudah jadi anggota resmi) mendadar 3 peserta yang semuanya cewek, Umi Hanik, Nur Faizah, dan Rizki Asih. Mereka disuruh masuk ke kubangan yang berisi air -setinggi paha- dan lumpur -setinggi lutut. Dengan maksud untuk menghayati makna air dan lumpur (tanah) dari segi filosofinya. Oleh seniornya -dan menurut versinya- dijelaskan maksud masuk ke air yang berisi lumpur (tanah) dan air adalah sepenuhnya rela dan ikhlas berjuang serta mencintai tanah air kita, Indonesia. Dan...selesai pukul 14.00 dilanjutkan bersih diri untuk yang didadar sementara yang lain istirahat, kemudian pukul 15.30, sayonaraa.......