Kalimat itulah yang pertama terlintas dan terucap dari beberapa anggota Ardhiwana. Pasti Anda bingung dan bengong. Ceritanya begini:
Pada tanggal 28 Juni 2008, kelompok PA (pencinta alam) SMA 1 Cepiring "Ardhiwana" mengadakan kegiatan akhir tahun yaitu "Purna Anggota" atau pelepasan keanggotaan bagi kelas 3 yang segera meninggalkan sma karena lulus sekolah. Kegiatan ini berlangsung tiga hari, 28-30 Juni 2008, dan diikuti oleh 23 anak : Syaiful Anwar (Prenges), Rizki Dian Buana (Krokod), M. Arif Jamaludin (Kempes), Ari Hidayat (Ucrit), Labib Ibnu Sina (WakPoh), Ahmad Masyriki (Kempus), Totok Hadi Saputro (Gembok), Prasongko (Gesbi), Winarsih (Ngablak), dan Zainiyah (Keong), peserta dari kelas x, Saiful Amri (Bethie'k), Dimas Saputro (Samad), Lisa Rahwati (So'on), Ismaul Waviroh (Isem), Amilatul Muamaroh (Lemot), Sri Wahyumi (Glendem), dan Afiyatun (Cowek) dari kelas xi, sedangkan dari kelas xii, dari 7 anak hanya 2 anak yang ikut yaitu Nina Anaqoh (Ninong) dan Ermiana Dewi (Kermi), ditambah 4 anak yang bukan ardhies, mereka hanya ikut2an yaitu : Dimas PP, Mustaghfirin, Nurul Hidayah, dan Mustika sari, yang semuanya dari kelas xi. Dari alumni dan pendamping ada : Budi Bude', Giarto Jambul, Kusnaryanto Mbawut, MasDin Nenek, dan MasDur selaku Pembina Ardhiwana. Dalam proposal yang diajukan kegiatan ini adalah lintas Ungaran. Maksudnya mereka akan melakukan pendakian melalui jalur Promasan dan turun lewat jalur Gedong Songo.
Setelah beristirahat cukup, pukul 02.00 Minggu (dini hari) para ardhies dibangunkan untuk melakukan persiapan pendakian ke Puncak Gunung Ungaran. Setelah Pada pukul 02.45 setelah dipimpin berdoa oleh Mas Dur, pembina Ardhiwana, para ardhies mulai melakukan pe
 rjalanan, pendakian pun dimulai dan Giarto Jambul lagi2 ditunjuk sebagai Tim Pioner dalam pendakian dan turun gunung, namun kali ini dibantu oleh Anto' Keder, teman kenalan dari Kaliwungu. Walaupun sudah diketahui bahwa mendaki pasti melelahkan, tetapi ardhies sangat terkejut, lebih-lebih pembinanya, ketika tahu bahwa rute yang dilalui bukan jalur biasanya pendaki pemula melaluinya tetapi jalur lama (jalur timur) dimana medannya jauh lebih menantang. Pada jalur lama ini, tingkat kesulitannya tidak jauh beda dengan gunung2 sekelas Sindoro-Sumbing yang mestinya bukan pemula yang melewatinya. Pada jalur ini mereka harus melalui tidak hanya dengan berjalan, terkadang bahkan sering harus dengan merayap naik layaknya memanjat pohon. Dan juga hewan penghisap darah, pacet atau lintah di sini lebih sering ditemukan ketimbang pada jalur yang satunya. Hewan ini banyak ditemukan menempel pada pohon-pohon yang berada di pinggir jalan yang dilalui para ardhies.
rjalanan, pendakian pun dimulai dan Giarto Jambul lagi2 ditunjuk sebagai Tim Pioner dalam pendakian dan turun gunung, namun kali ini dibantu oleh Anto' Keder, teman kenalan dari Kaliwungu. Walaupun sudah diketahui bahwa mendaki pasti melelahkan, tetapi ardhies sangat terkejut, lebih-lebih pembinanya, ketika tahu bahwa rute yang dilalui bukan jalur biasanya pendaki pemula melaluinya tetapi jalur lama (jalur timur) dimana medannya jauh lebih menantang. Pada jalur lama ini, tingkat kesulitannya tidak jauh beda dengan gunung2 sekelas Sindoro-Sumbing yang mestinya bukan pemula yang melewatinya. Pada jalur ini mereka harus melalui tidak hanya dengan berjalan, terkadang bahkan sering harus dengan merayap naik layaknya memanjat pohon. Dan juga hewan penghisap darah, pacet atau lintah di sini lebih sering ditemukan ketimbang pada jalur yang satunya. Hewan ini banyak ditemukan menempel pada pohon-pohon yang berada di pinggir jalan yang dilalui para ardhies.Namun begitu, dengan rasa bangga dan ucapan syukur dari mulut para ardhies, mereka mampu menaklukan puncak G. Ungaran pada pukul 05.15 pagi dengan selamat dan tidak ada pasien atau anggota yang sakit. Oleh Mas Dur, pembinanya, semuanya diminta memanfaatkan waktu kurang lebih tiga jam untuk menikmati keindahan alam semesta melalui puncak dan menghayati filosofi yang terkandung di dalamnya.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 08.30, dan dirasa tenaga sudah pulih juga semua sudah sarapan, waktunya untuk turun gunung, melalui jalur Gedong Songo. Di tengah perjalanan jalur ini membagi dua arah yang ke kiri ke arah Pos Mawar, Jimbaran dan yang ke kanan ke arah Gedong Songo. Kali ini Giarto Jambul tidak ditemani oleh Anto' Keder karena dia turun lewat jalur Promasan. Perjalanan pun dimulai. Nah!, ketika di tengah perjalanan ke Gedong Songo ternyata Giarto Jambul tidak lagi sebagai tim pioner karena harus mengurusi "pasien", dan ardhies yang berjalan paling depan diminta untuk mengikuti rombongan lain yang sudah di depan yang juga mempunyai arah ke Gedong Songo. Namun, ternyata ardhies paling depan tidak bisa mengikuti jejak rombongan lain yang dimaksud.
 Alhasil, setelah sekian jauh perjalanan dilalui pertigaan yang semestinya para ardhies harus mengambil arah kanan, masih terus saja berjalan dan tidak mengetahui - dan sepintas memang tidak terlihat - bahwa jalur yang dilalui adalah jalur menuju Pos Mawar, Jimbaran, yang arahnya lebih jauh ke arah timur dari Gedong Songo dan akhirnya yaahh... salah jalur alias kesasar. Inipun tidak hanya Ardhiwana yang salah jalur, banyak rombongan lain tidak menginginkan melalui jalur ini. Setelah melakukan diskusi singkat, Ardhiwana tetap pada jalur tersebut walau kesasar, dan tujuan berikutnya adalah Pos Mawar, dan tiba di sana pukul 11.30 wib.
 Alhasil, setelah sekian jauh perjalanan dilalui pertigaan yang semestinya para ardhies harus mengambil arah kanan, masih terus saja berjalan dan tidak mengetahui - dan sepintas memang tidak terlihat - bahwa jalur yang dilalui adalah jalur menuju Pos Mawar, Jimbaran, yang arahnya lebih jauh ke arah timur dari Gedong Songo dan akhirnya yaahh... salah jalur alias kesasar. Inipun tidak hanya Ardhiwana yang salah jalur, banyak rombongan lain tidak menginginkan melalui jalur ini. Setelah melakukan diskusi singkat, Ardhiwana tetap pada jalur tersebut walau kesasar, dan tujuan berikutnya adalah Pos Mawar, dan tiba di sana pukul 11.30 wib.Di sini, MasDur beserta Giarto Jambul, MasDin Nenek, Budi Bude', Kusnaryanto Mbawut, Amri
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar