oleh : Ky. A. Mustofa Bisri
Setiap datang bulan Ramadhan, kaum muslimin menyambutnya dengan menyatakan, "Marhaban Ya Ramdhan, Selamat Datang, Ramadhan!". Seolah-olah Ramadhan merupakan merupakan "tamu" yang dinanti-nantikan kedatangannya. Tapi, tamu yang dinanti-nantikan kedatangannyabelum tentu karena tamunya itu sendiri. Sering orang menanti-nantikan kedatangnya belum tentu karena tamunya itu sendiri. Sering orang menanti-nanti kedatangan tamu karena mengetahui dan mendambakan apa - atau apa-apa - yang dibawa si tamu.
Mungkin, memang ada yang menanti-nanti datangnya bulan Ramadhan karena alasan yang religi atau bahkan spiritual. Namun, banyak yang menyambut bulan itu justru karena keistimewaan-keistimewaan duniawi yang menyertainya.
Industri pertelivisian, misalnya, jauh-jauh hari -jauh sebelum para kiai pesantren menyusun jadwal pengajian pasanan- sudah menyiapkan jadwal acara yang akan ditayangkan selama bulan Ramadhan. Artis-artis dan ustad-ustad metropolitan jauh-jauh hari sudsah banyak yang dikontrak untuk mengisi acara-acara bulan suci. Pedagang-pedagang jauh-jauh hari sudah ancang-ancang menaikkan harga-harga kebutuhan pokok, terutama makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar