Sejatinya, rombongan Ardhiwana meluncur dari kampus SMA
(tempat berkumpul) pada Jumat (12/4/2015) jam 13.30, namun mobil terlambat
hampir satu setengah jam. Akhirnya rombongan mulai meninggalkan kampus pada jam
3 sore. Menuju Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo, Desa Tarubatang, Dukuh
Genting.
Yah, Ardhiwana akan melaksanakan kegiatan Purna Anggota.
Kegiatan ritual untuk anggota kelas 12 yang baru lulus. Bukan mendaki Merapi.
Melainkan Gunung yang memiliki ketinggian 3142 meter dari permukaan laut
(mdpl), Gunung Merbabu dengan puncaknya, Kenteng Songo.
Setiba di basecamp Selo pada pukul 9 malam, Masdur selaku
pembina langsung menginstruksikan agar peserta istirahat di basecamp Pak Parman. Setelah dirasa cukup dan
peserta melakukan packingbag, satu
jam kemudian dimulailah perjalanan pendakian. “Sebelum kita melakukan
perjalanan, sesuai agama dan kepercayaan masing berdoa, mulai!” seru Masdur
mengakhiri pengarahan kepada 11 siswa selaku peserta. Dibantu seorang penunjuk
jalan Bang Ambon, dan Prenges serta Gesbi selaku alumni, pendakian dimulai.
Let’s Go to Gage Puncak Kenteng Songo.
Gapura Pendakian Jalur Selo menyambut ketika rombongan hendak
memasuki hutan pinus. Pertanda pintu masuk pendakian dimulai. Sepanjang
perjalanan awal, para peserta sangat riang. Berlagu, bersandau gurau mengiringi
perjalanan malam mereka. Tak terasa POS 1: (N)Dok Malang. Namun, suasana mulai
berubah setelah beberapa saat melewati pos tersebut. Salah satu peserta mulai
ada yang mengalami efek perjalanan: Muntah. Dani Aching mulai merasa pusing tujuh keliling, dan...
Hwu..hwu..hwueekkghgg... hwu..hwu.. eaghkhg..ghgh.. Dan, akhirnya atas intruksi
pembina, rombongan dibagi dua. Mas Ambon diminta mengawal 9 peserta lainya
untuk melanjutkan perjalanan. Sementara Masdur bersama dua alumni beristirahat
mendirikan tenda sembari menunggu perkembangan kondisi Dani Acing yang ditemani
Ketua Ardhiwana, Lupi Corong. Saat itu waktu menunjukkan jam 23.30 alias
setangah duabelas malam. Huh..! Dinginya gak ketulungan.
Setelah istirahat kurang lebih 2,5 jam, meski kondisi Dani
Acing masih sedikit pusing, rombongan yang dikawal Masdur melanjutkan
perjalanan untuk menyusul rombongan pertama. Akan tetapi, keadaan tidak bisa
dibohongi. Baru satu setengah jam perjalanan, Dani Acing kembali dengan kondisi
semula, pusing, dan muntah-muntah. Dan, tenda pun kembali berdiri. “Kita
istirahat sampai pagi” kata Masdur.
Sementara itu, rombongan pertama yang dikawal mas Ambon
ternyata juga ngecamp di POS 2, Tikungan Macan, dan beristirahat
menunggu rombongan kedua datang.
Dan, benar, setelah pagi tiba, Sabtu, sekitar pukul 6.30,
rombongan kedua berniat melanjutkan perjalanan menyusul rombongan pertama.
Namun, alangkah terkejut dan senangnya, karena tempat istirahat rombongan kedua
hanya berjarak 10 menit ke arah POS 2, dimana rombongan pertama istirahat.
Kedua rombongan pun bertemu. Dan, perjalanan berlanjut: SABANA I.
Uii..ckkck.. Kuasa Tuhan...
Decak kagum mengiring sejauh mata mereka memandang. Di sini
adalah hamparan ilalang yang luas. Rasa lelah karena tenaga terkuras akibat
harus menapaki bukit yang terjal dengan sudut kemiringan sekitar 45 derajat
seakan terobati. Dari Sabana ini, ke arah selatan nampak panorama Gunung Merapi
yang gagah dengan sekujur tubuhnya yang berlumuran pasir dan berasap. Layaknya raksasa
yang sedang merokok. Bull.. asap ringan membumbung, rendah. Setengah jam terasa
cukup untuk menikmati suasana tersebut dan mengumpulkan tenaga.
Rombongan melanjutkan perjalanan untuk kembali menapaki
jalan yang tidak jauh berbeda. Melewati satu bukit di depannya: POS III Batu
Tulis. Di sini rombongan kembali harus beristirahat untuk mengumpulkan tenaga
agar pendakian menuju SABANA II tercapai. Dan, Berhasil. Lokasi ini kembali menyuguhkan
view yang tidak jauh berbeda dengan
Sabana I.
Tempat berikutnya diberi sebutan JEMBLONGAN. Pos ini merupakan tempat lapang terakhir sebelum
pendaki sampai ke puncak utama. Benar, setiba di tempat ini para ardhies –sebutan
anggota ardhiwana- disambut lambaian si
tuan rumah, hutan eidelwes. Yah, rerimbunan
besar itu adalah pohon eidelweis. Pohon yang biasanya kami temui itu setinggi tatapan
muka orang dewasa, tapi di sini nampak pohon yang menjulang. Sehingga dikenal
juga dengan Hutan Eidelweis.
Siapapun yang sudah sampai di sini, kami sarankan untuk istirahat
yang cukup untuk mengambil nafas, kondisikan perut jangan sampai kosong –meski tidak
harus kenyang, dengan tujuan mengumpulkan
tenaga sebanyak-banyaknya. Karena, di depan sudah menanti alur jalan yang
memiliki sudut kemiring + 30-40 derajat. Curam, terjal. Sebelas duabelas
lah dengan setting di film 5cm. Sehingga, dibutuhkan tenaga ekstra dan
konsentrasi yang cukup agar terhindar dari kejadian seperti jatuh, terpeleset,
dsb.
KENTENG SONGO I’M COMMING. Tepat pukul 13.00 alias jam satu
siang tengah hari, rombongan Ardhiwana akhirnya tiba di puncak. Sebelas siswa
dua alumni satu pembina dan satu pendamping. Lupi corong, Toni cumplung, Anggi
thekol, Hafiz kapsul, Catur bon-bon, Nofal
sruntal, Fendi sruntul, Made kerak, Dani
aching, Wiwin kopling, dan Imron po (siswa),
Prasongko gesbi, dan Anwar prenges (alumni). Beserta Pembina dan
Pendamping Mas Ambon.
“Istirahat cukup” seru masDur. “Kita harus segera turun
agar tidak kemalaman sampai basecamp”. Setelah semua berkemas dan berdoa
perjalanan TURUN GUNUNG dimulai. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB. Selama perjalanan
turun ini, sebenarnya banyak sekali cerita menarik, lucu, ngeri, dan cerita
lain yang tidak bisa kami tuturkan di sini karena keterbatasan halaman. Yang jelas,
para ardhies akhirnya sampai di basecamp meski terbagi 3 regu. Regu pertama tiba
jam 9.30 malam, kedua jam 10, dan ketiga jam 11 malam. Paginya pulang ke
Kendal.. go home..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar