Selasa, 29 Juni 2010

Wonder Women Menjelajah Sindoro




























"Ah, sedikit pusing nih, peserta junior ardhiwana cewek semua, mana mau naik gunung gede lagi, sanggup gak ya?"
Itulah yang terbesit pertama kali di benak MasDur sebagai pengasuh Ardhiwana.
Di akhir semester 2 ini, Ardhiwana melaksanakan agenda akhir tahunan yaitu PURNA ANGGOTA atau pelepasan keanggotaan secara organisasi bagi kelas XII yang sudah lulus. Kegiatan yang dilakukan adalah pendakian gunung. Dan pada tahun ini tepatnya tanggal 26 - 28 Juni 2010 kemarin, ardhiwana berusaha menaklukan gunung Sindoro yang memiliki ketinggigan 3136 mDPL.
Jalur yang dipilih untuk melakukan perjalanan adalah jalur JUMPRIT tepatnya desa Sekajar Wonosobo alias jalur barat.

Pendakian kali ini cukup fantastik karena peserta dari juiornya alias kelas X terdiri dari cewek semua sehingga mas Dur memberi nama pada angkatan junior ini dengan sebutan "Angkatan Wonder Women" dengan maksud pengikutnya adalah cewek-cewek yang perkasa.

Pukul 9 pagi rombongan berangkat dari SMA 1 Cepiring setelah dilepas oleh pihak sekolah, Pak Yoshi selaku waka ur kesiswaan dan sampai di bascamp pukul 11 siang. Dipandegani oleh mas Dur, para ardhies mulai melakukan perjalanan pada pukul 5 sore. Walaupun cuaca pada awal perjalanan kurang bagus alias gerimis -sebentar-, namun dengan semangat membara perjalanan tetap dilakukan.

Rombongan mulai istirahat setelah waktu memasuki solat magrib. Diimami oleh Kimbir dan Gesbi para ardhies secara bergelombang melakukan solat jamaah. Pun demikian ketika memasuki waktu solat isak.

Sekian lama perjalanan dilakukan, rombongan pun terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang pertama dipimpin oleh mas Dur sedangkan kelompok kedua didampingi oleh Jambul.

Sekitar pukul 11.30 malam para ardhies sampai di area zona puncak persis di bawah tebing putih dan istirahat sampai pagi. Keesokan harinya, sekitar jam 8 pagi perjalanan dilanjutkan turun gunung menuju basecamp. Akhirnya sampai juga...dan istirahat persis jam 12 siang.


Koleksi poto pendakian KLIK disini

Sabtu, 13 Februari 2010

Paseban Kemangi: prosesi persiapan perang

Ketika Sultan Agung memutuskan perang terhadap Belanda di Batavia, semua Adipati, Tumenggung dan para pembesar kerajaan dipanggil pada suatu pertemuan agung di Kerajaan Mataram yang dipimpin langsung oleh Sultan. Setelah melalui perapatan serta saran-saran dari para adipati ataupun para pembesar kerajaan, maka keputusan akhirnya Mataram menyatakan perang terhadap Belanda di Batavia. Para pimpinan perang pun diputuskan, dan diputuskan juga panglima perangnya, yaitu Tumenggung Bahurekso, Adipati Kendal dan Gubernur Pesisir Laut Jawa.

Bisa dibayangkan bahwa Kendal pada akhirnya menjadi pusat perhatian para sentono kerajaan. Para bupati, tumenggung maupun pembesar kerajaan lainnya perahtiannya tertuju pada figur Tumenggung Bahurekso dan Kadipaten Kendal sebagai pusat pertahanan dan berkembang menjadi pusat persiapan angkatan perang menuju ke Batavia. Kendal memang memiliki catatan sejarah yang agung. Betapa tidak, Kendal menjadi tempat berkumpulnya para pembesar-pembesar kerajaan. Banyak adipati atau tumenggung yang harus meninggalkan daerahnya dan berkumpul di Kendal.

Menurut beberapa catatan, para pembesar-pembesar kerajaan yang hadair di Kendal dalam rangka persiapan perang melawan Belanda di Batavia, antara lain:
1. Tumenggung Bahurekso
2. Pangeran Purboyo
3. Pangeran Djoeminah
4. Tumenggung Mandurorejo
5. Tumenggung Upashanta
6. Tumenggung Kertiwongso, asal Jepara
7. Tumenggung Wongso Kerto
8. Tumenggung Rajekwesi
9. Raden Prawiro/Pangeran Sambong
10. Pangeran Kadilangu
11. Pangeran Sojomerto
12. Raden Sulamjono, putera Tumenggung Bahurekso
13. Raden Banteng Bahu, putera Tumenggung Bahurekso
14. Kyai Akrobudin
15. Kyai Mojo dan Kyai Sandi, pengawal Pangeran Sambong
16. Tumenggung Begananda
17. Raden Haryo Sungkono
18. Raden Muthohar
19. Tumenggung Pasir Puger
20. Pangeran Karang Anom
21. Pangeran Tanjung Anom
22. Tumenggung Panjirejo
23. Pangeran Puger
24. Tumenggun Singoranu, Patih MAtaram, pengganti Ki Juru Mertani
25. Aria Wiro Notopodo atau Suropodo
26. Tumenggung Wiroguno
27. Raden Bagus Kumojoyo
Dan tentunys masih banyak lagi tokoh-tokoh kerajaan yang hadir dalam pertemuan persiapan perang ke Batavia.

Bahurekso memutuskan bahwa pertemuan persiapan perang tidak dilakukan di pendopo kabupaten tetapi di sebuah tempat yang dekat dengan pantai. Oleh para peserta pertemuan akhirnya disepakati bahwa tempat pertemuannya harus dirahasiakan. Tempat yang dipilih ternyata di tengah hutan/persawahan. Tepatnya di bawah pohon yang rindang. Pohon itu sekarang ini dikenal dikenal dengan nama Pohon Kemangi.

Pohon itu terletakdi tengah-tengah persawahan/pemakan (sekarang), masuk wilayah Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung. Dan tempat itu pada akhirnya dijadikan sebuah pemakaman yang masih terkenal keramat. Namun ada keterangan lagi bahwa pohon kemangi itu adalah sebuah pohon yang lurus ke atas laksana sebuah payung. Dari sekian puluh peserta paseban di Kemangi, semuanya terlindungi. Bahkan ada yang menerangkan lagi bahwa peserta paseban tidak akan bisa dilihat oleh mata telanjang karena memang sudah dipayungi oleh pohon kemangi serta oyot mimang yang ditanam oleh Tumenggung Rajekwesi atau Ki Gede Kemangi.

Penanggung jawab pertemuan diserahkan pada Tumenggung Rajekwesi atau Ki Ageng Kemangi. Tokoh ini yang mengatur prosesi pertemuan dari awal sampai akhir dan bahkan termasuk keamanan para tokoh-tokoh kerajaan dari intaian telik sandi atau intel/mata-mata pihak lawan. Oleh karenanya daerah-daerah yang dijadikan pintu masuk para petinggi kerajaan itu dijaga dengan ketatnya. Tidak hanya itu, penjagaan dengwan cara batin dan spiritual pun dilakukan dengan baik.

Siapa sebenarnya Tumenggung Rajekwesi itu? Memang tidak banyak yang tahu. Belum ada catatan sejarah yang menerangkan tokoh ini secara jelas. Tokoh ini mempunyai peranan sangat penting pada pertemuan itu. Demi keselamatan para pemimpin kerajaan dan demi suksesnya pertemuan persiapan perang, maka tempat di sekitar pertemuan dipagari dengan oyot mimang, yang kokoh bagai pagar besi. Bahkan lebih kokoh dari pagar besi. Oyot mimang seperti dalam cerita tutur merupakan kinayah bagian dari ayat suci Al-Qur'an. Oyot berasal dari kata ayat, Mimang diambil dari petikan-petikan huruf/kata dari ayat kursi, yaitu Mim-ma. Untuk lebih jelasnya perhatikan ayat al-qur'an yang lebih dikenal dengan nama ayat kursi:
"...Allahu laa ilaaha illa huwal khaiyul Qoyyum laa ta'khudzuhu sinatun wala naum. Lahuu maa fissamawaati wamaa fil ardli. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi'idznihi ya'lamu ma baina aidihim wa maa kholfahum walaa yukhiithuuna bisyai'in min 'ilmihi illaa bi maa syaa'. Wasi'at Kursiyyuhussamaawaati wal ardli walaa ya-uduhu khifdhunma wahuwal 'aliyyul 'adhiim...".
Artinya: "...Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia,Yang Mahahidup lagi Mahategak. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Baginya segala yang ada di langit dan segaa yang ada di bumi. Siapakah yang akan dapat membeikan pertolongan di sisi-Nya, tanpa seizin-Nya. Dia Maha Mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka, dan apa-apa yang ada di belakang mereka, dan mereka tidak akan dapat menjangkau ilmu-Nya sedikitpun, kecuali pengetahuan yang telah dikehendaki oleh-Nya. Singgasana-Nya sangat luas, seluas semua langit dan bumi. Dia Mahaluhur lagi Mahaagung..."(al-baqoroh: 225).

Sabtu, 23 Januari 2010

PTA 2009

Untuk kesekian kalinya, Ardhiwana melaksanakan ritual rutin untuk anggota baru. Setelah melewati tahap awal yang sudah dilaksanakan pada bulan November kemarin di kampus SMA 1 Cepiring, para ardies -sebutan anggota ardhiwana- digembleng di Promasan, lereng gunung Ungaran sebelah utara. Dan pelaksanaannya dikemas dalam bentuk perkemahan "Kemah Baksos Bersama", karena diikuti oleh beberapa ekstrakurikuler yang lain yang dipelopori oleh Pengurus OSIS pada 26 - 28 Des 2009.
Berangkat dari Medini, para ardhies melakukan perjalanan ritual menuju Promasan pada pukul 13.00 wib. dan sampai di Promasan pada pukul 16.00 wib.
Namun, cerita menarik dan unik kembali menghiasi kegiatan ardhiwana kali ini.
Dari 12 peserta, mereka di bagi menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 3 orang setiap kelompoknya. Pemberangkatan peserta diurutkan sesuai urutan kelompoknya. Nah, disinilah kejadian itu bermula.
Perjalanan dimulai dari Medini menuju Promasan. Sepanjang perjalanan para ardhies diguyur hujan yang tiada henti. Ketika waktu menunjukan jam 4 sore, peserta sudah sampai ke tempat tujuan. Setelah dikumpulkan, kelompok yang diberangkatkan dengan urutan kedua belum sampai. Mestinya kalau mereka istirahat, kelompok yang berada di belakangnya akan tahu bahwa mereka sedang istirahat di suatu tempat. Namun, semua tidak ada yang tahu. MasDur selaku pembina merasa khawatir karena sampai jam 5 kelompok yang belum sampai tidak nongol-nongol. Akhirnya masDur bersama Jambul, Idris dan Prenges berusaha mencari dengan route kembali ke Medini. Di tengah perjalanan ketemulah dengan mereka -kelompok yang dinyatakan hilanhg- dalam keadaan kelelahan tetapi masih sehat2 saja. Dan ternyata, mereka salah jalur. Yang mestinya mengambil jalur lurus dan menurun, mereka mengambil arah kanan dan menanjak yang merupakan arah kembali ke Medini. Untung mereka masih berfikir positif yang kemudian mengambil arah kembali ke semula dan akhirnya...sampai juga.
Tidak jadi hilang dechh....alhamdulillaah...

Rabu, 02 Desember 2009

HIV / AIDS

Tanggal 1 Desember adalah hari diaman diperingati oleh seluruh warga dunia sebagai Hari AIDS sedunia. Begitu parahnya dampak yang ditimbulkan dari penyakit itu bagi manusia membuat memerlukan perhatian khusus harus diperingati setiap tahunnya. Maksudnya, agar semua saja memahami bahaya dari penyakit tersebut, sehingga mampu menghindari dari kegiatan yang bisa menyebabkan kehadiran virus HIV/IADS.


baca juga :
virus HIV
AIDS